REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan negaranya siap untuk mengulurkan tangan persahabatan kepada semua tetangga dan memaafkan kesalahan negara-negara tersebut di masa lalu. Hal itu disampaikannya terkait tindakan AS terhadap negara-negara tetangga Iran.
"Di mana pun orang AS menginjakkan kaki, mereka meningkatkan rasa tidak aman, seperti yang terbukti dalam kasus Afghanistan dan Irak," katanya dalam pidato yang menandai peringatan 39 tahun perang Irak-Iran, dikutip dari laman Anadolu Agency, Senin (23/9).
Rouhani mengatakan, dia akan menyampaikan pernyataan inisiatifnya pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang digelar pada pekan ini untuk menjamin keamanan Teluk Persia dan Selat Hormuz dengan kerja sama negara-negara regional.
"Kehadiran pasukan asing dapat berbahaya bagi kawasan, perairan internasional, serta keamanan jalur pelayaran dan energi, tetapi jalur kami adalah menciptakan persatuan dan koordinasi dengan negara-negara kawasan," katanya.
Sebelumnya, sebuah drone menghantam dua fasilitas minyak di utara Arab Saudi pada 14 September, yang menyebabkan produksi 5,7 juta barel per hari terganggu dan mengguncang pasar hidrokarbon global. Kelompok pemberontak Houthi di Yaman awalnya mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi AS sejak itu menyalahkan Iran, seperti juga Arab Saudi. Serangan tersebut memicu kebakaran hebat dan menghentikan setengah pasokan minyak negara itu.
"Serangan tersebut membuat operasi produksi di pabrik pengolahan minyak Abqaif dan ladang minyak Khurais ditangguhkan sementara waktu," kata Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita Saudi Press Agency.