REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (kode saham OPMS), perusahaan pionir besi scrap kapal bekas, pada hari ini melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). OPMS menawarkan harga Rp 135 per saham yang merupakan angka pada level tertinggi dari rentang harga saat penawaran awal (bookbuilding) di kisaran Rp 125-Rp 135 per saham.
OPMS merupakan emiten ke-37 yang melantai di bursa pada 2019. OPMS menetapkan jumlah saham yang dilepas dalam IPO sebanyak 400 juta saham baru atau 40 persen dari modal yang disetor perseroan dengan harga yang ditetapkan Rp 135 per saham. Dengan penawaran tersebut perseroan akan mengantongi dana sebesar Rp 54 miliar.
Direktur Utama OPMS Meilyna Widjaja mengatakan, IPO ini menjadi upaya perseroan untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan memperkuat modal kerja yang akan digunakan untuk membeli kapal bekas yang akan dijadikan besi scrap. “Dengan kucuran dana segar yang diperoleh dari publik melalui mekanisme IPO ini berarti dapat semakin memperkuat fundamental bisnis perseroan dalam menyediakan bahan mentah besi baja berkualitas,” ujar Meilyna, Senin (23/9).
Meilyna menambahkan IPO menjadi langkah strategis bagi perusahaan untuk menekankan kepada stakeholders maupun shareholders bahwa industri besi scrap kapal bekas yang baru dijalankan pada 2018 ini memiliki keunggulan yang kompetitif. Bisnis ini memiliki proses uji kelayakan yang baik, mulai dari segi legalitas, finansial, maupun operasional.
“Uji kelayakan yang kami maksud misalnya ketika kami membeli kapal bekas untuk dijadikan scrap, kapal bekas tersebut selalu memenuhi surat izin penghapusan kapal atau deletion certificate. Kemudian, kami juga selalu melakukan scrap kapal bekas yang menghasilkan bahan baku yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2017 untuk produksi beton,” jelasnya.
Direktur Keuangan OPMS Alan Priyambodo Krisnamurti mengatakan kinerja perseroan tercatat meningkat. Aset perseroan naik menjadi Rp 81,6 miliar per 30 April 2019 yang sebelumnya sebesar Rp 69,4 miliar per 31 Desember 2018. Laba perusahaan pun meningkat signifikan yakni mencapai Rp 2,13 miliar per 30 April 2019.
Pada periode yang sama 2018, perusahaan merugi sebesar Rp 370,4 juta. Penjualan mencapai Rp 35,2 miliar per 30 April 2019, meningkat 44,2 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 24,4 miliar.
“Kami yakin dengan IPO ini berarti perseroan mengoptimalkan sumber daya keuangan untuk pengembangan bisnis yang sesuai dengan strategi usaha yang mengedepankan penerapan prosedur yang baik serta terus berinovasi untuk memberikan nilai tambah kepada stakeholders maupun shareholders," tutup Alan.