REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Komite Program Kerjasama Syuriah PBNU, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LD-PBNU) dan Majelis Al Muwasholah Bainal Ulama al-Muslimin mengadakan Ngaji Bersama Habib Umar Bin Hafidz dari Yaman di Masjid An Nahdloh PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat.
Kitab yang dibahas Habib Umar Bin Hafidz adalah 'Adab al-'Alim wa al-Muta'alim karya KH Hasyim Asyari dan kitab Bahjat al-Maafil, karya Imam Yahya al-'Amiri. Ratusan peserta menghadiri acara, baik dari kalangan habaib ataupun jamaah khusuk mengikuti berlangsungnya acara.
Acara ngaji kitab sudah hampir dua tahun dilakukan. Tepatnya sejak Desember 2017. Ngaji dilakukan setiap hari Rabu pekan pertama setiap bulannya. Biasanya dilakukan secara live streaming langsung dari Tarim Yaman di lantai 8 gedung PBNU. Namun karena bertepatan dengan kunjungan Habib Umar ke Indonesia maka beliau berkenan hadir dan ngaji langsung di PBNU.
Acara yang berlangsung Senin (23/9) ini merupakan inisiasi dari Program Kerjasama Syuriah PBNU dan Majelis Al Muwasholah Baina Ulama al-Muslimin.
Menurut Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW), Hery Haryanto Azumi, yang juga salah satu inisiator dari ngaji kitab bareng Habib Umar Bin Hafidz, kegiatan ini adalah kerjasama antarpusat-pusat tradisi pengetahuan Islam dunia. Dalam hal ini antara Tarim Yaman yang merupakan tanah asal para wali dan Indonesia yang merupakan tanah perjuangan para wali.
Di samping itu, kata dia, jejaring ulama harus dibangun untuk mempersiapkan kebangkitan ruhaniah dan hati umat Islam seluruh dunia. Gerakan Islam kedepan menemukan bentuknya dalam perbaikan moralitas dan akhlak untuk menyelamatkan dunia dari krisis yang berlangsung, krisis mental dan kemanusiaan.
Hery menambahkan dalam berbagai kesempatan Habib Umar selalu menyebut bahwa paham keagamaan yang benar akan mempengaruhi sikap yang benar terhadap masyarakat dan negaranya.
"Kehadiran Habib Umar secara langsung merupakan dukungan terhadap ikhtiar dan perjuangan NU untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman disintegrasi yang disebabkan bertumbuhnya paham-paham radikal transnasional yang ingin mengubah bentuk dan arah negara," kata Hery.
Menurut Sekretaris LD-PBNU KH Bukhori Muslim Kehadiran Habib Umar Bin Hafidz merupakan sebuah kehormatan. Beliau adalah guru dari para habaib, kiai, dan ulama di Indonesia, terutama di Nahdlatul Ulama.
Menurutnya kehadiran beliau hari ini merupakan penyejuk dan pelepas rasa rindu, yang selama ngaji melalu video, sekarang bisa bertemu dan ngaji secara langsung. "Kharisma beliau sangat besar dan dikagumi banyak masyarakat indonesia. Komitmen beliau berdakwah Islam ahlussunnah wal jamaah sangat kuat. Dakwah toleran selalu beliau gaungkan. Hal itu sangat cocok dengan karakter dan model dakwah NU," tutur Bukhori.
Ketua PBNU, KH Marsudi Syuhud, mengatakan sesungguhnya dalam konteks halaqah dengan NU sudah tersambung ratusan tahun yang lalu antara para habaib dari Yaman dengan para kiai Nusantara. Sanad dan halaqah itu kemudian sambung menyambung sampai sekarang.
Kiai Marsudi menambahkan, kedatangan beliau ini merupakan tamu kehormatan bagi PBNU. Para kiai, habaib dan juga santri sangat senang dengan kedatangan beliau. Karena beliau ini habib yang sangat tekun dan istiqamah dalam menjaga dan mendidik murid-muridnya di Indonesia. Selalu mengajarkan persatuan umat Islam dan juga selalu berpesan untuk menjaga keutuhan bangsa atau NKRI.
"Semoga kita semua, para kiai, para habaib dan para jamaah bisa mengambil ilmu dan akhlak beliau Habib Umar Bin Hafidz sebagai panutan kita sekalian," kata Kiai Marsudi.
Habib Hamid al-Qadri dari Majelis al Muwasholah menyatakan bahwa bentuk kecintaan Habib Umar terhadap Indonesia dalam berbagai kesempatan selalu menyebut NU dan Indonesia sebagai contoh terbaik praktek bermasyarakat dan bernegara.
Habib Hamid menambahkan, Habib Umar memendam harapan yang tinggi bagi umat Islam di Indonesia untuk menjadi Islam yang penuh rahmat atau Islam yang rahmatan lil 'alamin. "Indonesia ini negara yang sangat berkesan bagi Habib Umar, beliau cinta Indonesia dan masyarakatnya," tutur Habib Hamid.