REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA – Keterkaitan antara amal dan ilmu tak bisa dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Ketiadaan salah satunya bisa menyebabkan fitnah di kalangan umat.
Dalam kitabnya, Ta’lim al-Muta’allim, Syekh Burhanuddin Ibrahim Az-Zarnuji Al-Hanafi, mengatakan seseorang yang menuntut ilmu harus bertujuan mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. “Karena Islam itu dapat lestari kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu,” kata dia.
Syekh Az-Zarnuji juga menukil perkataan ulama dalam sebuah syair: “Orang alim yang durhaka bahayanya besar, tetapi orang bodoh yang tekun beribadah justru lebih besar bahayanya dibandingkan orang alim tadi. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, dan tidak layak dijadikan panutan.”
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kitab Ta’lim Muta’allim ditulis untuk meluruskan tata cara dalam menuntut ilmu, serta menemukan jalan atau metode yang benar dalam menuntut ilmu.
Az-Zarnuji mengatakan, pada masanya dia melihat para santri banyak yang bersungguh-sungguh mencari ilmu, tapi tidak bisa memetik buahnya, yaitu mengamalkan dan menyebarluaskannya.
Menurut Az-Zarnuji, hal itu terjadi lantaran para santri itu salah jaaln dan mengabaikan syarat-syarat dalam mencari ilmu. “Barang siapa salah jalan, maka dia sesat dan sama sekali tidak dapat memperoleh maksud yang diharapkan, maka dengan senang hati kami bermaksud menjelaskan mereka tentang jalan mempelajari ilmu,” kata Az-Zarnuji.