Selasa 24 Sep 2019 08:30 WIB

Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Kekhawatiran Pasokan

Investor tetap khawatir dengan kenaikan harga meski Saudi telah menjamin pasokan.

Rep: Antara/ Red: Friska Yolanda
Sebuah lubang terlihat di sebuah bagian separator di lantai saat pekerja memperbaiki kerusakan akibat serangan drone dan rudal di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Sebuah lubang terlihat di sebuah bagian separator di lantai saat pekerja memperbaiki kerusakan akibat serangan drone dan rudal di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Senin (23/9), setelah turun pada akhir pekan lalu. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kekurangan pasokan global.

Serangan pesawat tanpa awak ke fasilitas minyak utama Arab Saudi pada 14 September menghapus 5,7 juta barel produksi minyak mentah setiap hari. Jumlah tersebut menyumbang lebih dari setengah dari total produksi negara tersebut, atau lebih dari lima persen dari total dunia.

Baca Juga

Analis mengatakan meskipun laporan berita menunjukkan Arab Saudi telah memulihkan sekitar 75 persen dari produksi minyak mentah yang hilang dalam serangan itu, kemungkinan serangan lain akan mendukung harga minyak.

Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik 0,55 dolar AS menjadi menetap pada 58,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November bertambah 0,49 dolar AS menjadi ditutup pada 64,77 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Pasar minyak melonjak hampir 20 persen pada Senin (16/9) sebagai reaksi terhadap serangan 14 September, yang mengurangi separuh produksi Saudi dan memotong pasokan global sekitar lima persen. Namun harga sejak itu memangkas sebagian besar keuntungan karena jaminan dari kerajaan bahwa pihaknya akan mengembalikan produksi yang hilang pada akhir bulan ini.

Namun, harga telah mempertahankan premi risiko karena ketegangan geopolitik di wilayah tersebut meningkat dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi menuduh Iran dibalik serangan tersebut. Teheran menyangkal keterlibatannya.

Harga minyak turun pada akhir pekan lalu, di tengah kekhawatiran baru atas perang perdagangan AS-Cina. Tetapi minyak berjangka masih membukukan kenaikan mingguan, dengan Brent menandai kenaikan mingguan terbesar sejak Januari, setelah serangan terhadap industri minyak Arab Saudi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement