Selasa 24 Sep 2019 14:40 WIB

Juru Masak Masjid Indonesia di Korsel Adu Keahlian Memasak

Para juru masak adu kemampuan memasak.

Cheef sedang mengolah bumbu masakan (ilustrasi)
Foto: Republika TV/Fian Firatmaja
Cheef sedang mengolah bumbu masakan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Juru masak dari sekitar 50 masjid Indonesia di Korea Selatan menampilkan dan mengadu keahlian masak mereka dalam Kontes Masak para Juru Masak Masjid Indonesia yang diadakan KBRI di Seoul pada Ahad (22/9).

Kontes masak itu menjadi salah satu rangkaian dalam Festival Indonesia 2019 yang diselenggarakan selama tiga hari, yakni pada 20-22 September 2019, menurut keterangan dari KBRI Seoul yang diterima di Jakarta, Selasa (24/9).

Baca Juga

Tiga juri profesional pun dihadirkan untuk menjadi juri utama dalam kontes masak tersebut, yakni pakar kuliner Indonesia William Wongso, koki selebritis Korea Jia Choi dan master chef Kimchi Lee Ha Yeon.

Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi dan Manager BNI Seoul Anisfu menjadi pendukung acara.

Puluhan peserta bersaing untuk menjadi yang terbaik dalam menyajikan karya kuliner masing-masing. Terdapat tiga menu yang mereka harus disiapkan, yakni soto Betawi, nasi goreng kimchi dan japjae atau mie khas Korea.

Penjurian dilakukan dengan menilai bukan saja soal rasa, melainkan juga tekstur, keindahan presentasi, kesesuaian tema, hingga kebersihan area dan peralatan memasak.

Dengan berbagai kriteria itu, Chef Didik dab asisten Chef Linda dari Masjid Darussalam Baran terpilih menjadi juara pertama dan mendapatkan hadiah sebesar 1,25 juta Won (setara sekitar Rp15 juta) serta sertifikat yang ditandatangani para master chef dan juri lainnya.

"Melalui ajang ini, diharapkan para peserta bisa mendapatkan kepercayaan diri untuk berwirausaha dengan membuka restoran ataupun bisnis kuliner lainnya. Poin utama adalah bagaimana menciptakan peluang usaha," ujar Dubes Umar Hadi.

Para pemenang dalam ajang itu mengatakan bahwa kompetisi memasak meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk membuka bisnis kuliner.

Selain itu, ajang kontes masak tersebut juga digunakan untuk memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia ke masyarakat Korea Selatan.

Semua pengunjung di Cheonggye Plaza mengagumi perpaduan cita rasa masakan Nusantara dan Korea yang disajikan di Festival Indonesia.

Pengunjung menyebutkan bahwa keberagaman budaya yang harmonis juga tertanam dalam rasa masakan Indonesia yang memadukan beragam rempah yang berbeda-beda, namun tetap mengutamakan keseimbangan rasa.

Masakan Indonesia sudah mulai banyak diminati warga Korea Selatan, seperti tampak dari banyaknya restoran Indonesia dibuka di kantong-kantong masyarakat Indonesia di pelosok negeri ginseng itu sehingga menjadi tiang penyangga utama promosi kuliner Indonesia.

Selain itu, terdapat lebih dari 50 Masjid Indonesia di Korea Selatan. Hampir keseluruhannya dibangun dari dana swadaya masyarakat Indonesia yang sebagian besar berstatus pekerja migran.

Banyak hal unik yang menjadi ciri khas masjid Indonesia, salah satunya adalah keberadaan juru masak yang berperan menyiapkan hidangan makanan khas Indonesia dalam setiap acara perayaan keagamaan.

Selain mengobati rasa rindu para WNI yang menjadi jamaah masjid, para juru masak tersebut secara tidak langsung menjadi agen promosi kuliner khas Indonesia di Korsel, terutama kepada warga Muslim setempat dan dari berbagai negara yang turut menjadi jemaah di masjid Indonesia.

 

  

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement