REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pengiriman elpiji ke 13 SPPBE di wilayah Riau sedikit terdampak akibat bencana kabut asap. Kecepatan truk skid tank pengangku elpiji harus diturunkan demi keamanan distribusi. Namun selama kabut asap dalam kondisi parah ini, penyaluran elpiji di Bumi Lancang Kuning ini meningkat dibandingkan periode Agustus.
"Adapun selama bulan September, rata-rata penyaluran elpiji 3 kg di Riau sekitar 141 ribu tabung per hari. Jumlah ini meningkat dibanding rata-rata penyaluran pada Agustus sebanyak 117 ribu tabung per hari," kata Unit Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I, Roby Hervindo, Selasa (24/9).
Roby menyebut pantauan di lapangan menunjukkan pasokan elpiji mencukupi kebutuhan masyarakat selama bencana kabut asap di Riau. Demi keamanan distribusi, Pertamina kata Roby membekali para pekerja Pertamina di Terminal BBM maupun depot elpiji dengan masker N95. Untuk menjaga stamina, para pekerja diberikan asupan vitamin. Pertamina juga menyediakan air purifier di ruangan kantor dan oksigen bagi yang membutuhkan.
Sementara para keluarga pekerja menurut Roby juga sudah dievakuasi. Keluarga pekerja Pertamina diungsikan ke Medan, Padang dan ada juga ke Jakarta. Roby menjamin walau asap menimbulkan kendala dalam operasional, tapi tidak mengganggu kelancaran pasokan BBM, elpiji dan avtur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Seperti diketahui, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Pekanbaru pada Senin (23/9), menembus angka 500. Kondisi yang dikategorikan berbahaya ini, melanda Pekanbaru sejak beberapa hari terakhir.
Selama Riau diliputi asap, mobilitas masyarakat menurun. Sekolah yang diliburkan dan ancaman kesehatan, menyebabkan warga mengurangi berkendara. Walhasil, konsumsi BBM menurun 10 hingga 15 persen.