REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Mekanisasi dan penerapan teknologi pertanian membawa dampak positif pada peningkatan ekspor dan kesejahteraan petani. Hal ini disampaikan Dosen Pertanian Universitas Mataram, Kartono.
Ia mengapresiasi kebijakan dan program-program pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) RI terkait ekspor pangan. "Jadi kalau pemerintah bisa mengekspor komoditas, artinya ada nilai tambah yang bisa berdampak langsung pada petani," ujar Kartono.
Kementan menderegulasi sejumlah aturan layanan yang berkaitan dengan izin dan investasi, termasuk ekspor. Mantan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram ini mengatakan kebijakan-kebijakan itu seharusnya disambut baik semua kalangan, termasuk para pengusaha.
"Saya kira kalau persoalan yang membawa esensi dan kebaikan untuk proses investasi itu sesuatu yang positif dan baik. Dan masyarakat juga harus siap dengan proses yang memang SOP-nya berjalan singkat," kata Kartono.
Menurut Kartono, perbaikan dan pengembangan layanan di Kementan saat ini sudah mengarah ke arah yang lebih baik. Ini terlihat dari meningkatnya jumlah produksi program padi, jagung dan kedelai (pajale).
"Selama 3 tahun saya mengikuti pajale, produksinya terus meningkat. Lalu jagung juga alhamdullilah meningkat. Hanya saja, dari perspektif seberapa besar peningkatan ini pada nilai tambah petani itu yang belum terlihat," katanya menjelaskan.
Kartono berharap, pertanian Indonesia semakin membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, utamanya para petani di kota dan di desa. Dia pun yakin kemajuan itu bukan sesuatu yang mustahil mengingat upaya yang dilakukan sudah sangat maksimal.
"Terutama dari sisi petaninya, saya lihat nilai tambah mereka cendrung lebih baik. Kemudian saya juga berharap agar ke depan pemerintah mengurangi impor dan merealisasikan cita-cita swasembada. Yang jelas programnya harus lebih baik dari yang kemarin," ujar dia menambahkan.
Sebelumnya Guru Besar Madya Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor, Bayu Krisnamurthi, juga mengapresiasi langkah Kementan dalam menerapkan mekanisasi berbasis teknologi. Pemanfaatan ini sangat berdampak pada peningkatan produksi serta menambah devisa negara secara signifikan.
"Bagus sekali ya, karena setiap dolar yang didapat dari lalu lintas ekspor dampaknya sangat berguna untuk menambah devisa negara. Makanya, ke depan, saya berharap pertanian Indonesia semakin maju," katanya.
Sementara Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menyampaikan, diplomasi untuk memperluas jenis komoditas dan tujuan ekspor ke negara-negara baru terus dilakukan. Hal ini mengingat investasi dan ekspor merupakan motor penggerak utama ekonomi nasional.
"Becermin pada peningkatan ekspor selama Januari-Juli 2019 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018, kebijakan ini harus ditangani serius," katanya.
Mengutip Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin), selama Januari-Juli, ekspor produk pertanian meningkat sebesar 3,0 persen. Angka ini jauh meningkat jika dibandingkan Januari-Juli 2018 yang hanya 22,71 juta ton atau meningkat menjadi 23,39 juta ton. Sedangkan untuk Januari-Juli 2019, Indonesia juga tercatat mengalami surplus perdagangan produk pertanian sebesar 4,25 miliar dolar AS atau setara Rp 61,52 triliun.
"Kinerja ekspor produk pertanian selama 2014-2018 juga sangat membanggakan. Ini terlihat pada 2013, di mana ekspor produk pertanian Indonesia masih bertengger pada angka 33,5 juta ton. Tapi pada tahun-tahun berikutnya, angkanya terus meningkat," kata Kuntoro.