REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pemkab Karawang menyebutkan 14 ribu hektare sawah dilanda kekeringan setelah enam bulan terakhir tanpa hujan di wilayah yang terkenal dengan sebutan lumbung padi nasional ini. Adapun areal persawahan yang dilanda kekeringan itu berada di wilayah utara dan selatan Karawang.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, mengatakan, luas baku areal persawahan di wilayahnya mencapai 97 ribu hektare. Dari jumlah tersebut, 14 ribu hektare dilanda kekeringan. Kekeringan tersebut akibat hujan yang tak kunjung turun sehingga, suplai air ke irigasi mengalami penyusutan bahkan kering.
"Salah satu upayanya, hari ini secara serentak dari tingkat kecamatan hingga kabupaten, kita menggelar salat istisqa atau minta hujan," ujar Cellica, Selasa (24/9).
Kekeringan tersebut, ujarnya, salah satunya terjadi di Kecamatan Pakisjaya dan wilayah Karawang selatan. Kondisi tersebut disebabkan pasokan air dari irigasi tidak maksimal.
Karena itu, kata Cellica, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PJT II Jatiluhur untuk menambah debit air yang digelontorkan ke wilayahnya. Selama ini, debit air dari Waduk Jatiluhur melalui Citarum, yang digelontorkan ke Karawang mencapai 660 meter kubik per detik.
"Namun, karena kekeringan akibat kemarau ini kita minta penambahan debit air jadi 700 meter kubik per detik," ujar Cellica.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, M Hanafi Chaniago, mengatakan, musim kemarau ini berdampak pada seretnya pasokan air dari saluran irigasi. Salah satunya, di Jayakerta dan Pakisjaya, areal persawahan yang kekeringn seluas 3.000 hektare.
"Kalau gagal panen ataupun puso, maka stok beras untuk kebutuhan nasional akan terdampak," ujar Hanafi.