REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, stabilitas politik dalam negeri dapat segera pulih untuk mengembalikan momentum pertumbuhan ekonomi. Khususnya di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan ancaman resesi yang terus ‘menghantui’. Tidak hanya di negara maju, juga di negara-negara berkembang.
Sri menuturkan, situasi politik yang stabil dalam negeri akan banyak membantu pemerintah untuk lebih fokus dalam menghadapi risiko dari luar negeri. Pemicu-pemicu konflik di tingkat domestik diharapkan dapat segera selesai melalui proses politik yang ada.
"Sehingga, tidak ada dampak sentimen yang lebih luas," ujarnya ketika ditemui usai konferensi pers kinerja APBN 2019 di Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (24/9).
Beberapa waktu terakhir, Sri mengambarkan, banyak sentimen positif global yang membantu ekonomi Indonesia tetap stabil. Di antaranya, penurunan suku bunga yang dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat. Kebijakan ini seharusnya memberikan sedikit jeda dan ruang untuk aliran modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan kebijakan global tersebut, Sri menjelaskan, Indonesia mendapatkan cukup banyak capital inflow (aliran modal masuk) sejak April sampai Agustus. Pencapaian ini lah yang harus dijaga baik-baik oleh pemerintah maupun pemangku kepentingan lain. Tujuanya, menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terus berjalan dengan baik.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Selasa bergerak di zona merah. IHSG dibuka melemah ke level 6188.770 dari 6206.199. Sedangkan pada penutupan, IHSG terus merosot 1,11 persen ke level 6137.608. Kondisi ini terjadi di tengah aksi demonstrasi ribuan mahasiswa dari berbagai daerah di depan Gedung DPRD dan DPR.