Rabu 25 Sep 2019 11:21 WIB

Syekh Ahmad Surkati dari Makkah ke Tanah Jawa

Ulama yang lahir di Sudan pada 1875 itu mengetahui umat Islam di Jawa ditindas,

Red: Agung Sasongko
Gedung Arsip Nasional RI. Gedung ini salah satu saksi bisu kejamnya masa perbudakan di Batavia.
Foto: Raisan/Republika
Gedung Arsip Nasional RI. Gedung ini salah satu saksi bisu kejamnya masa perbudakan di Batavia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih baik mati saat berjuang atas nama Islam di Jawa, dari pada mati di Makkah tanpa berjuang atas nama Islam. Kata-kata itu disampaikan Syekh Ahmad Surkati saat menerima tawaran pergi ke Batavia untuk berdakwah dan mengajar.

Ulama yang lahir di Sudan pada 1875 itu sebenarnya sudah kerap mendengar kabar bahwa pemerintah kolonial suka menindas orang-orang Muslim, baik dari Arab mau pun pribumi. Tapi, keinginan dan tekadnya sudah bulat untuk berj uang memajukan Islam di Tanah Jawa yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda.

Pada 1911 Syekh Surkati tiba di Batavia. Kedatangannya disambut gembira oleh tokoh-tokoh Islam di Ba tavia. Tak lama kemudian, dia mulai mengajar di lembaga pendidikan Islam bernama Jamiat Kheir.

Kemudian, mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah pertama di Batavia pada 6 September 1914. Bersamaan dengan itu, mendirikan organisasi Jam'iyat al-Islah wa Al- Irsyad al-Arabiyah yang sekarang dikenal dengan nama Al-Irsyad Al- Islamiyah.