REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) terus memberikan perhatian pada pekerja migran. Salah satunya, untuk mengoptimalkan sistem navigasi pekerja migran, Disnakertrans akan memusatkan keberangkatan dan kedatangan pekerja migran di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB).
Menurut Kepala Disnakertrans Jabar M Ade Afriandi, dinasnya akan bekerja sama dengan bea cukai dan imigrasi untuk melakukan navigasi tersebut. Saat ini, ia sedang menjajaki dengan imigrasi.
"Dengan bea cukai sudah kita bicarakan terkait hal ini. Kita ingin sistem navigasi mulai berangkat sampai kembali ke tanah air, pekerja migran ini benar-benar terpantau,” ujar Ade Afriandi saat menutup Pelatihan Pekerja Migran Jabatan Caregiver ke Jepang gelombang ke-IV, di Kantor Disnakertrans Jabar, Bandung, Selasa (24/9).
Ade mengatakan, pelatihan tersebut merupakan bagian dari program besar yang sedang direncanakannya. Termasuk, pihaknya bisa mewujudkan kerja sama dengan Bank BJB dan BPJS Ketenagakerjaan.
“Ini sebenarnya penggalan dari mimpi besar. Karena, mimpi kita adalah membangun Jabar Migran Service Center,” katanya.
Dengan membangun Jabar migran service center, Ade ingin memberikan perlindungan pada waarga negara tak hanya saat penempatan saja tapi juga saat kembali juga. Yakni, bagaimana mengelola dari awal pra rektrutment hingga menjadi pekerja mandiri.
"Bahkan, Disnakertrans Jabar inginnya mempersiapkan 2023 nanti pekerja migran akan dipasang chip. Jadi tahu dan bisa terpantau mereka kemana," katanya.
Saat ini pun, kata dia, dengan menggandeng Bank BJB, pihaknya bisa menerapkan transaksi non tunai untuk pekerja migran padahal sebelumnya belum pernah dilakukan.
"Ini bentuk awal perekrutan pekerja migran yang benar. Dari sisi pembiayaan sekarang bisa transaksi non tunai. Migran juara harus jadi core bisnis kami," katanya.
Di tempat yang sama, Staf Ahli Provinsi Jabar, Ahmad Hadadi mengatakan, calon pekerja migran angkatan ke IV yang telah mengikuti pelatihan ada 20 peserta. Yakni, berasal dari Cianjur, Cirebon, Indramayu, Garut, Subang dan Sumedang.
"Pelatihan 21 hari. Mereka nantinya akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 19 juta," katanya.
Hadadi mengatakan, pekerjaan yang akan dijalani oleh para pekerja migran merupakan bagian dari ibadah untuk membantu orang lain terutama orang tua di negara Jepang. Jadi, harus ikhlas.
"Kalian membawa nama Jabar. Nama baik harus dijalankan, agar orang Jepang tau orang jabar ramah, peduli dan santun. Disana budayanya tinggi jadi semua harus tertib, displin antri dan hidup sehat," kata Hadadi berpesan pada semua peserta pelatihan.