REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan terdapat beberapa masalah yang dihadapi industri penerbangan nasional saat ini. Budi menuturkan harga bahan bakar pesawat atau avtur masih menjadi kendala bagi maskapai.
"Pergerakan harga avtur domestik sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah dunia dan besaran kurs rupiah terhadap dolar AS," kata Budi di Jakarta, Rabu (25/9).
Budi menjelaskan harga avtur Pertamina pada 66 Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) bervariasi disesuaikan dengan biaya pengangkutannya. Sehingga, lanjut Budi, hal tersebut menyebabkan tingginya harga avtur terutama pada wilayah Indonesia bagian timur.
Selain itu, masalah selanjutnya yaitu belum optimalnya ketersediaan sarana dan prasarana industri penerbangan dari hulu sampai dengan hilir. "Ini menyebabkan biaya tinggi yang harus menjadi beban maskapai antara lain ketersediaan industri suku cadang, ketersediaan fasilitas maintenance, repairment, dan overhaul terpadu," jelas Budi.
Budi menambahkan besarnya pengaruh nilai kurs rupiah terhadap dolar AS juga menjadi tantangan bagi maskapai. Sebab, mayoritas biaya operasi pesawat udara yang dibayarkan maskapai dalam besaran dolar AS sementara pendapatan dalam bentuk rupiah.
Untuk itu, Budi menjelaskan dalam penguatan industri penerbangan nasional diperlukan strategi yang tidak hanya pada sisi akhir yaitu besaran tarif penumpang kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri. Namun, lanjut Budi, juga perlu dilakukan penguatan mulai dari sektor hulu sampai dengan hilir industri penerbangan nasional.
"Ini untuk memastikan keberlanjutan dan keterjangkauan layanan transportasi penerbangan," tutur Budi.