REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan, perekonomian Indonesia akan tetap bertahan pada laju pertumbuhan yang baik pada tahun ini dan tahun depan. Kondisi ini didukung berkat konsumsi domestik yang masih tetap kuat. Khususnya melalui jasa niaga elektronik (e-commerce).
Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, fundamental perekonomian Indonesia sendiri masih solid dengan posisi fiskal yang mampu terkelola secara baik. Harga-harga pun cenderung stabil, termasuk pangan.
“Cadangan devisa juga berada pada posisi yang cukup aman,” ujarnya dalam konferensi pers Asian Development Outlook (ADO) 2019 Update di kantornya, Jakarta, Rabu (25/9).
Dalam menjaga pertumbuhan lebih tinggi, ADB menyoroti sektor jasa. Populasi kaum muda yang terus tumbuh di Indonesia meningkatkan penggunaan jasa belanja online yang menjadi penyokong utama sektor jasa.
Tidak hanya dari segi konsumsi, ADB juga melihat peluang besar pemanfaatan e-commerce dari segi investasi. Dalam laporan ADO 2019, ADB menuliskan, Foreign Direct Investment (FDI) pada semester pertama tetap ringan di 11,9 miliar dolar AS. Nilai ini banyak didukung oleh model ekuitas kuat yang sebagian besar disalurkan ke telekomunikasi dan e-commerce.
Sampai akhir tahun ini dan tahun depan, ADB memproyeksikan, arus neraca pembayaran Indonesia tetap baik seiring dengan derasnya aliran modal asing yang masuk. Kondisi ini seiring dengan kemajuan pembangunan proyek strategis nasional untuk meningkatkan jaringan infrastruktur dan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Pada 2020, investasi swasta akan terus membaik seiring dengan ekspektasi berbagai kebijakan reformasi baru untuk meningkatkan iklim usaha dan mempercepat modernisasi perekonomian. "Pasar dometik Indonesia yang besar dan terus berkembang harus terus berlanjut untuk menarik investasi asing ke e-commerce dan ekonomi digital lebih luas," tulis ADB dalam laporannya.