REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para perempuan anggota Kongres Amerika Serikat (AS) yang kerap dikenal "Squad" menguatkan seruan mereka untuk pemakzulan Presiden AS Donald Trump, Rabu (25/9). Keempat politikus dari Partai Demokrat juga mengkritik Presiden Trump yang melakukan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Juli.
Menurut anggota Kongres AS Alexandria Ocasio-Cortez, transkrip tersebut mengindikasikan bahwa percakapan tersebut bisa lebih buruk dari perkiraan. Dia pun menuduh presiden mengkhianati negara.
"Saudara-saudara, saya terkejut Gedung Putih bahkan merilis transkrip ini. Ini lebih buruk dari yang kita kira. Presiden berusaha menggunakan kekuatan pemerintah AS untuk menyelidiki lawan politiknya," katanya seperti dikutio Fox News, Kamis.
Komentar Ocasio-Cortez muncul setelah Ketua House of Representative Nancy Pelosi mengumumkan menggelar penyelidikan pemakzulan Trump. "Entah Presiden tidak tahu bobot kata-katanya atau dia tidak peduli dengan etika atau tanggung jawab konstitusionalnya," katanya dalam sebuah pernyataan.
Transkrip yang dirilis menunjukkan bahwa Trump tidak secara eksplisit menyebutkan adanya bantuan luar negeri yang dipertukarkan atau quid pro quo untuk penyelidikan terhadap mantan Wakil Presiden Joe Biden. Sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk 2020, Biden menarik perhatian karena berhasil menekan Ukraina untuk memecat jaksa agungnya, Viktor Shokin yang sedang menyelidiki sebuah perusahaan gas alam tempat putranya, Hunter, menjabat sebagai dewan direksi.
Ocasio-Cortez mencatat, transkrip itu bukan kata demi kata, namun didasarkan pada catatan dan ingatan dari mereka yang mengamati panggilan tersebut. Sesama anggota Squad lainnya, Ilhan Omar bersama dengan Ocasio-Cortez menyerukan pemakzulan. Alasannya, transkrip itu sendiri adalah bukti bahwa Kongres harus melanjutkan proses resmi.
Sementara Rashida Tlaib terang-terangan menuduh Trump mencoba menyuap dan memeras Zelensky, meski cicitannya tidak menunjuk ke bagian tertentu dari transkrip tersebut. Anggota Squad yang tersisa yakni Ayanna Pressley antusias mendukung pemakzulan Trump, meski tidak mengomentari transkrip yang dirilis.
Sebaliknya, Presiden Trump menyatakan kemenangan setelah transkrip itu dirilis. "Akankah Demokrat meminta maaf setelah melihat apa yang dibicarakan dengan Presiden Ukraina? Mereka seharusnya, panggilan yang sempurna membuat mereka terkejut!," cicit Trump.
Kendati demikian, kecil kemungkinan bahwa Demokrat akan mundur dari pemakzulan sejak Pelosi mengumumkan penyelidikan sebelum Gedung Putih bahkan merilis transkripnya. Pelosi juga mengklaim pemerintahan Trump melanggar hukum dengan menekan pelapor adanya panggilan dari Trump ke Presiden Ukraina.