Kamis 26 Sep 2019 14:27 WIB

Erdogan Bela Iran Soal Tudingan Serangan Saudi Aramco

Erdogan menyebut serangan ke fasilitas minyak Saudi datang dari Yaman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membela Iran dari tudingan yang menyebutnya dalang di balik serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco pada 14 September lalu. Ia pun tak sepakat sanksi terhadap Teheran diperberat. 

"Saya tidak berpikir itu akan menjadi hal yang benar untuk menyalahkan Iran (atas serangan terhadap Aramco)," kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Rabu (25/9). 

Baca Juga

Dia mengatakan bahwa pesawat nirawak yang dikerahkan untuk menyerang fasilitas minyak Aramco datang dari beberapa bagian Yaman. "Jika kita hanya menempatkan seluruh beban pada Iran, itu tidak akan menjadi cara yang tepat untuk pergi. Karena bukti yang tersedia tidak selalu menunjukkan fakta itu," ujarnya. 

Erdogan pun menyinggung tentang sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Menurutnya, sanksi-sanksi itu sia-sia dan tak akan membuahkan hasil. "Kami bertetangga dengan Iran dan saya tahu bahwa sanksi tidak pernah menyelesaikan apa pun," ucapnya. 

Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco. 

"Sepekan terakhir, saya telah berbicara dengan setiap rekan saya dari Inggris, Prancis, dan Jerman tentang Iran. Kesimpulannya jelas, Iran bertanggung jawab atas serangan luar biasa kepada Arab Saudi," kata Esper melalui akun Twitter pribadinya pada Rabu (25/9). 

Sebelumnya Inggris, Prancis, dan Jerman memang serempak menyebut Iran sebagai dalang di balik aksi penyerangan fasilitas Aramco. "Jelas bagi kami bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan ini. Tidak ada penjelasan masuk akal lainnya. Kami mendukung penyelidikan yang sedang berlangsung untuk menetapkan perincian lebih lanjut," kata ketiga negara dalam sebuah pernyataan bersama. 

Pada 14 September lalu, dua fasilitas minyak milik Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais diserang  10 pesawat nirawak. Serangan itu menyebabkan sebagian area pabrik terbakar.

Serangan itu dilaporkan memangkas lima persen produksi minyak dunia. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak milik Pemerintah Saudi yang mengalirkan pasokan terbesar ke pasar minyak dunia.

Kelompok Houthi sebenarnya telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan ke fasilitas Aramco. Namun klaimnya diragukan mengingat skala, kecanggihan, dan jangkauan serangan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement