Kamis 26 Sep 2019 14:51 WIB

Orasi Mahasiswa Bersahutan dengan Lantunan Asmaul Husna

Lantunan Asmaul Husna tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan aksi

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Ribuan mahasiswa yang merupakan gabungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Surabaya menggelar aksi bertajuk 'Surabaya Menggugat' di depan gedung DPRD Jatim, Jalan Indrapura, Surabaya, Kamis (26/9).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ribuan mahasiswa yang merupakan gabungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Surabaya menggelar aksi bertajuk 'Surabaya Menggugat' di depan gedung DPRD Jatim, Jalan Indrapura, Surabaya, Kamis (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ribuan mahasiswa yang merupakan gabungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Surabaya menggelar aksi bertajuk 'Surabaya Menggugat' di depan gedung DPRD Jatim, Jalan Indrapura, Surabaya, Kamis (26/9). Aksi gabungan tersebut dimaksudkan untuk menuntut penolakan revisi UU KPK, RKHUP, RUU Pertanahan, dan beberapa RUU bermasalah lainnya.

Orator aksi pun bergantian naik ke mobil komando untuk menyuarakan tuntutannya. Sementara itu, dari pengeras suara Masjid Takmiriah, yang berada tepat di belakang kerumunan massa aksi, lantunan Asmaul Husna juga terus mengalun dengan merdunya. Gedung DPRD Jatim memang berseberangan dengan masjdi tersebut.

Situasi ini membuat teriakan orasi yang keluar dari pengeras suara para mahasiswa, terus bersahutan dengan lantunan bacaan Asmaul Husna dari pengeras suara masjid. Namun demikian situasi ini tidak lantas saling mengganggu kedua kegiatan tersebut. Dimana, aksi mahasiswa tetap berjalan dengan damai, bacaan Asmaul Husna pun terus dilantunkan berulang-ulang.

Lantunan Asmaul Husna di masjid tersebut memang rutin disuarakan lewat pengeras suara. Artinya, lantunan Asmaul Husna tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan aksi yang digelar. "Ya memang rutin itu, setelah Shalat Dzuhur biasanya," ujar salah seorang pedagang di area masjid, Sumarno (52).

Ribuan personel keamanan yang merupakan gabungan dari TNI dan Polisi pun trrus bersiaga menjaga jalannya aksi. Bahkan beberapa dari personel keamanan tersebut, ada yang mengenakan surban putih. Merka ini lah yang disebut pasukan Asmaul Husna, yang diterjunkan Polda Jatim untuk membantu mengamankan jalanna aksi.

Tuntutan yang disuarakan mahasiswa di antaranya adalah mendesak pembatalan Undang-Undang KPK yang telah disahkan oleh DPR. Massa aksi menuntut dikeluarkannya Perppu yang membatalkan UU KPK tersebut. Mereka juga menolak RKUHP yang dirasanya banyak mengandung pasal bermasalah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement