Kamis 26 Sep 2019 18:55 WIB

Teater Mandiri Pentaskan 'Peace' Karya Putu Wijaya

Lakon Peace karya Putu Wijaya dipentaskan dalam tiga babak oleh Teater Mandiri.

Rep: MGROL Widyadhana Mufida/ Red: Reiny Dwinanda
Teater Mandiri mementaskan lakon
Foto: MGROL Widyadhana Mufida
Teater Mandiri mementaskan lakon "Peace" karya Putu Wijaya di Graha Bakti Budaya, Jakarta, pada Rabu (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teater Mandiri (TM) menampilkan pertunjukan "Peace" di Graha Bakti Budaya, Jakarta, pada Rabu (25/9). "Peace" merupakan pertunjukan seni peran karya Putu Wijaya, Pendiri TM, yang menjadi sebuah refleksi kehidupan sosial tanah dan gejolaknya ke dalam sebuah panggung.

Pentas seni peran ini terbagi menjadi tiga bagian untuk mencoba menghadirkan realita, konflik, serta pesannya tersendiri, yakni hidup damai. Bagian pertama dibuka dengan Jais Darga yang memerankan seorang perempuan yang bertanya pada perlakuan tak adil terhadap kaum perempuan.

"Judul aslinya sebenarnya "Perempuan Sejati", jadi dalam bagian ini adalah bagaimana perempuan menguggat. Jadi seorang istri yang punya kesibukan, namun bagi tokoh ini kepuasan batinlah yang utama,” jelas Jais.

Berbeda dengan bagian pertamanya yang membawakan monolog atau satu karakter saja, banyak interaksi hadir di bagian kedua dengan latarnya sebuah rumah tangga. Masalah sehari-hari yang timbul di sebuah keluarga kecil diangkat dalam bagian ini oleh tokoh Bapak Ahmad (Ari Sumitro) dan Istrinya (Uliel Elm Nama). Bagian ini menujukkan sebuah kesederhanaan dalam tema damai yang diangkat.

"Pak Putu memang begitu, awal temanya tidak menjurus ke situ. Cuma, seriring sejalannya waktu, melihat keadaan pasti ada tambahan-tambahan, yang setiap kalinya ada hal baru yang dekat yang kemudian diangkat," jelas Uliel soal tema yang diangkat dalam "Peace".

Melalui pertunjukannya kali ini, Putu Wijaya ingin merefleksikan pesan tema tersebut dengan konsepnya yang berupa dongeng. Ia mengharapkan melalui pembawaannya yang seperti mendongeng, dapat membuat penontonnya terbawa suasana dan menerima pesan itu dengan baik.

"Pembawaannya memang saya bawa seperti dongeng. Inginnya saya, ceritanya dapat lebih mudah dipahami," jelasnya.

TM didirikan di Jakarta pada tahun 1971 oleh Putu Wijaya dengan dasar menjadi sebuah perhimpunan nirlaba yang kekerabatan dan semangat gotong royong. Sejak didirikan, TM sudah pernah bermain di Brunei Darussalam, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan banyak negara lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement