Jumat 27 Sep 2019 07:37 WIB

Stasiun LRT Pegangsaan Dua Mulai Beroperasi Pagi Ini

Penumpang menilai suara AC di LRT agak berisik.

Rep: Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah warga mengikuti uji coba publik pengoperasian Light Rail Transit (LRT) fase I rute Kelapa Gading-Velodrome di Jakarta, Selasa(11/6).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah warga mengikuti uji coba publik pengoperasian Light Rail Transit (LRT) fase I rute Kelapa Gading-Velodrome di Jakarta, Selasa(11/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Light Rapid Transit (LRT) Jakarta mengoperasikan Stasiun Pegangsaan Dua di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, mulai Jumat (27/9). Plt Direktur Utama PT LRT Jakarta Wijanarko mengatakan, sifatnya masih uji coba publik, jadi masih gratis untuk masyarakat.

Menurut dia, Stasiun LRT Pegangsaan Dua berdiri di atas lahan seluas 12 hektare beralamat di Jalan Pegangsaan Dua Nomor 80, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Fasilitas transportasi umum massal itu terintegrasi dengan depo kereta, shelter Transjakarta hingga apartemen yang sedang dalam proses pembangunan. Stasiun tersebut berkonsep Transit Oriented' Development (TOD) yang menghubungkan sejumlah kawasan bisnis dan perumahan dengan moda transportasi publik di Jakarta.

"LRT sedang mencoba menjangkau seluruh Jakarta dengan terkoneksi Transjakarta, jadi masyarakat bisa tinggal mobil di rumah," kata Wijanarko, Kamis (26/9).

Menurut dia, stasiun yang dibangun melalui dana Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) senilai Rp 7 triliun itu menjadi satu paket dengan pembangunan fase pertama menghubungkan Velodrome dengan Kelapa Gading.

"LRT akan melintasi kawasan Gading Nias, Mal Artha Gading, Mal of Indonesia (MOI), Sunter, Boulevard Raya, hingga Kelapa Gading Hibrida," katanya.

Ada 96 rangkaian kereta yang akan mengangkut penumpang per 10 menit pemberangkatan. Kereta di stasiun tersebut akan menyasar penumpang dari kalangan penghuni perumahan, apartemen, perkantoran hingga wisatawan.

Sarana dan prasarana di Stasiun Pengangsaan Dua tampak telah terpenuhi berupa shelter bus sebagai area antarbus Transjakarta, parkiran sepeda dan perkantoran.

"Namun, kami tidak menyediakan area park and ride (penitipan kendaraan), di sini khusus untuk droping penumpang saja. Kecuali, dia bawa sepeda lipat bisa diangkut ke dalam kereta, tapi sepeda biasa kita sediakan lahan parkirnya," kata dia menjelaskan.

Namun demikian, lingkungan stasiun masih tampak gersang karena belum ada tanaman hijau yang tumbuh subur di kawasan itu. Selain itu, debu sisa proyek pembangunan juga masih beterbangan di lingkungan stasiun.

Sejumlah penumpang mengemukakan perbedaan fasilitas yang mereka rasakan saat menempuh perjalanan menggunakan kereta LRT dan Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline.

"Kalau saya bandingkan, kursi duduknya lebih enak di KRL sebab ada bantalan busanya. Sementara, LRT materialnya stainless, jadi agak kurang nyaman agak licin dan keras," kata penumpang LRT, Yohana.

Menurut warga Kampung Melayu, Jakarta Timur itu dimensi gerbong LRT relatif lebih kecil dari KRL. "Kalau sensasi laju keretanya sih sama saja dengan KRL, tidak banyak getaran. Cuma suara AC-nya saja rada berisik," kata Yohana.

Penumpang lainnya, Aulia mengkritisi ketiadaan gerbong khusus perempuan di LRT. "Seharusnya ada gerbong khusus perempuan juga seperti yang dilakukan KRL, jadi kita yang perempuan lebih diprioritaskan dari laki-laki, khususnya saat penumpang padat," kata Aulia.

Aulia dan Yohana adalah penumpang yang sengaja naik LRT dari Stasiun Velodrome menuju Kelapa Gading selama masa uji coba yang masih digratiskan. Berdasarkan pantauan, fasilitas yang dimiliki LRT secara umum tidak memiliki perbedaan signifikan dengan KRL, tapi fasilitas khusus kaum disabilitas masih terbatas di dalam gerbong kereta berkapasitas maksimal 270 orang per rangkaian kereta itu.

Jika KRL tidak menyediakan area khusus bagi pengguna kursi roda, LRT justru memberikan tempat khusus tersebut sebanyak dua titik di setiap gerbong. Area khusus pengguna kursi roda itu berada di sisi pintu kereta yang dilengkapi penanda stiker serta bantalan dinding kereta berikut tali pengikat kursi roda.

Namun, LRT tidak menyediakan kursi khusus penyandang disabilitas layaknya KRL sebanyak 12 kursi per gerbong. Penyandang disabilitas duduk di rangkaian kursi yang sama dengan penumpang umum, hanya posisinya yang didekatkan dengan pintu masuk dan keluar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement