Kamis 26 Sep 2019 22:36 WIB

Kemenkes: Usia Harapan Hidup Orang Indonesia 71,4 Tahun

Kemenkes menyatakan hal ini berkat semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Warga lanjut usia (lansia). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengemukakan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat hingga mencapai hampir rata-rata 71,4 tahun.
Foto: Antara
Warga lanjut usia (lansia). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengemukakan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat hingga mencapai hampir rata-rata 71,4 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengemukakan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat hingga mencapai hampir rata-rata 71,4 tahun. Kemenkes menyatakan hal ini berkat semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

"Jadi usia harapan hidup itu kalau di Indonesia 62,65 tahun ditambah 8,83 tahun masa tidak produktif, jadi mencapai 71,48 tahun," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Cut Putri Arianie dalam temu media yang digelar untuk memperingati Hari Jantung se-Dunia di Jakarta, Kamis (26/9).

Baca Juga

Ia menjelaskan rata-rata usia harapan hidup sampai 71,48 tahun itu terdiri atas masa produktif sampai 62,65 tahun ditambah masa tidak produktif sekitar 8,83 tahun. "HALE (heal adjusted life expectancy) orang Indonesia itu 62,65. Tapi 8,83 itu kehilangan hari produktif karena disebabkan sakit. Rata-rata kita mengalami sakit sekitar 8,83 tahun dalam rentang masa hidup," katanya.

Ia mengatakan bahwa usia harapan hidup orang Indonesia masih di bawah harapan hidup orang Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia dan Vietnam. Sementara itu, meskipun usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat, tetapi potensi terkena penyakit tidak menular juga semakin meningkat.

Peningkatan itu, katanya, disebabkan karena Indonesia berada di masa transisi, yaitu transisi demografi dan transisi teknologi. "Di mana semua kemudahan ada di dalam genggaman tangan sekarang," ujarnya.

Kemudahan sebagai dampak dari transisi teknologi tersebut, katanya, mendorong masyarakat untuk semakin malas untuk bergerak. "Mau naik kendaraan sudah semakin mudah. Mau makan tinggal pesan, datang, membuat orang semakin malas bergerak. Padahal aktivitas fisik sangat diperlukan dalam pencegahan faktor risiko penyakit tidak menular yang angkanya juga dari tahun ke tahun terus meningkat," demikian Cut Putri Arianie.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement