REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Kota Padang mendata, saat ini ada 113 rumah makan murah dengan harga sebungkus nasi Rp 10 ribu. Menurut Kepala Dinas Pangan Kota Padang Syahrial, keberadaan rumah makan yang harganya terjangkau itu dapat membantu tersedianya pangan murah.
"Akan tetapi, higienitas tetap perlu diperhatikan," kata Syahrial di Padang, Kamis.
Syahrial pun mengingatkan pengelola rumah makan murah di kota itu untuk memerhatikan keamanan pangan. Dengan begitu, makanan yang dijual aman dikonsumsi masyarakat.
Menurut dia, keberadaan rumah makan dengan tarif murah di Padang merupakan salah satu tempat alternatif kuliner terjangkau. Untuk memastikan kebersihannya, Dinas Pangan melakukan sosialisasi agar pengelola rumah makan mengabaikan keamanan pangan demi harga jual yang murah.
"Setelah melakukan pendataan, Dinas Padang akan masukan nama rumah makan ke Google Maps sehingga bisa menjadi referensi bagi masyarakat dan wisatawan," kata dia.
Sebelumnya, salah seorang pengelola rumah makan murah di Padang, Neng, mengaku menjual makanan dengan harga yang relatif terjangkau sebagai strategi pemasaran. Di samping itu, ia juga menyesuaikan harga jual makanannya dengan kemampuan masyarakat yang berada di sekitar warungnya.
"Makanan yang saya jual diminati oleh konsumen sekitar sini mulai dari karyawan kantoran, pekerja informal, guru, tukang ojek, dan mahasiswa," katanya.
Meski harga makanan yang dijualnya terbilang murah, bukan berarti Neng menyajikan menu seadanya. Pilihan yang disediakan cukup banyak, bahkan tidak kalah dengan menu rumah makan pada umumnya.
Neng menawarkan ayam bakar, rendang, ikan asam padeh, ayam bumbu, lele goreng, ayam gulai, ikan nila bakar dan menu lainnya dengan harga Rp10 ribu. Paketnya sudah lengkap dengan air minum.
Menurut Neng, salah satu rahasia bisa menjual makanan dengan harga murah adalah membeli bahan mentah dalam jumlah banyak sehingga lebih murah. Dalam sehari ia bisa menjual 300 bungkus nasi dengan penghasilan sekitar Rp 3 juta.
"Kalau omzet biasanya Rp 3 juta per hari, bahkan pernah mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per harinya kalau sedang ramai," ujarnya.
Ia mengakui keuntungan menjual nasi seharga Rp 10 ribu memang tidak besar, namun perputaran uangnya menjadi lebih cepat karena banyak yang membeli.
“Misalnya untungnya cuma dua ribu rupiah per bungkus. Kalau yang beli 300 orang kan sudah dapat Rp 600 ribu. Artinya uang lebih cepat terkumpul, banyak yang beli,” ujarnya.
Salah seorang pembeli nasi Rp 10 ribu, Hari, mengaku sering membeli nasi dengan harga terjangkau saat sedang akhir bulan. Hari mengaku lebih sering membungkus daripada makan di tempat karena porsinya lebih banyak dibandingkan makan di tempat.
"Rasanya sesuai dengan harga, malah kadang lauk yang nasi Rp 10 ribu ini lebih besar dibanding tempat nasi dengan harga di atas itu," kata dia.
Hari menilai, bedanya dari segi nasi, kalau nasi Rp 10 ribu ini nasinya keras. Sebalinya dengan nasi di rumah makan dengan harga standar.