REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung mengungkapkan kekeringan akibat musim kemarau di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung terus meluas. Sebanyak 27 kecamatan terdampak kekeringan atau 119 desa dari 270 desa/kelurahan.
"95 persen (penduduk dan area persawahan) terdampak kekeringan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Achmad Djohara kepada wartawan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat (27/9).
Ia mengatakan sebanyak 37 ribu kepala keluarga (KK) atau kurang lebih 231 ribu jiwa terkena dampak kekeringan. Menurutnya, kekeringan yang terjadi bermacam-macam kategori seperti di pemukiman penduduk kondisi debit sumber air yang menurun.
"Sumber air ada tapi menurun dan menjauh antara 100 hingga 500 meter," katanya.
Upaya penanggulangan kekeringan salah satunya dilakukan melalui pipanisasi dan sumur dangkal dan diklaim dibeberapa tempat berhasil. Achmad mengatakan kekeringan terparah berada di area pesawahan di Cicalengka, Paseh dan Cikancung. Sementara itu di pemukiman yang parah kekeringan berada di Tarajusari.
Dirinya mengatakan kekeringan secara bertahap meluas sejak Mei lalu hingga saat ini atau kurang lebih 5 bulan terakhir. Menurutnya, meski dalam waktu tersebut terdapat hujan namun tidak berdampak kepada penambahan debit air.
"Kekeringan berdampak kepada penduduk dan area pesawahan. Namun tidak semua kecamatan kekeringan, misal di Baleendah ada tiga desa kekeringan dari 8 desa," katanya.
Pria yang akrab disapa Adjo ini mengimbau bagi masyarakat yang hendak mengajukan permohonan air bersih segera melaporkan ke kepala desa dan ditindaklanjuti BPBD. Menurutnya, meski terbatas pihaknya tiap hari menyalurkan air kepada penduduk yang mengajukan permohonan.
"Jadi mudah-mudahan warga bersabar, karena permintaan air tiap hari. Sementara armada terbatas. Mudahan bisa terlayani," katanya.