REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga almarhum Yusuf Kardawi, mahasiswa yang meninggal akibat kericuhan dalam demonstrasi di Kompleks DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikhlaskan kepergian pria 19 tahun itu. Jenazah almarhum Yusuf akan dimakamkan pada Jumat (26/9) sore.
“Kami sangat sedih. Sangat mendalam duka kami. Namun, kami sadar, kami ikhlas, ini adalah kehendak Allah SWT. Tidak siapapun bisa menghalangi. Karena itu kami tidak akan menuntut siapapun, “ ujar paman Yusuf, Ilham Bintang, saat dikonfirmasi Republika, Jumat.
Ilham melanjutkan, ayah almarhum, Ramlan, mengetahui Yusuf menjadi korban aksi unjuk rasa Kamis (26/9). Kabar itu diketahui dari seseorang yang mengabari lewat telepon. Semula Ramelan tidak percaya. Sebab, kata Ilham, lima hari lalu ketika pecah aksi demonstrasi mahasiswa di berbagai kota, Ramelan sempat komunikasi dengan Yusuf.
Ramlan mengingatkan puteranya supaya tidak usah ikut demo. Yusuf pun menyanggapi. Belakangan Ramelan baru mengetahui Yusuf memang ikut aksi unjuk rasa dari konfirmasi beberapa kawannya.
“ Saya betul-betul tidak menyangka Yusuf ikut dan jadi korban, “ ujar Ramelan.
Jenazah yusuf saat ini disemayamkan di rumah duka di Raha. Ayahnya dan keluarga menjemput jenazah almarhum di Yusuf Kendari. Rencananya, jenasah almarhum dimakamkan sore ini.
Yusuf Kardawi adalah mahasiswa tehnik sipil Universitas Haluoleo, Kendari, Sultra. Yusuf mengembuskan nafas terakhir pukul 04.00 WIT di RS Bahtera Mas, Kendari. Kepergian Yusuf ini menyusul rekannya Randy yang wafat pada Kamis. Yusuf dan Randy sama-sana korban dalam aksi unjuk rasa mahasiswa di Kendari.
Yusuf dirawat sejak Kamis malam. Kepalanya terluka akibat benturan keras. Korban sempat dioperasi namun jiwanya tidak tertolong. Yusuf lahir di Makassar tanun 2000. Almarhum adalah putera sulung dari lima bersaudara. Ayahnya Ramelan ( asal Raha) bekerja sebagai PNS di Dinas Kesehatan di Raha, sedangkan ibunya Endang Yulida ( Sengkang, Sulsel).