REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyelenggarakan Seminar Digital & Risk Management in Insurance (DRiM) 2019 di Nusa Dua, Badung, Bali, untuk mendorong para anggotanya menerapkan teknologi digital. DRiM merupakan salah satu program kerja AAJI dalam meningkatkan inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia.
"Melalui kegiatan DRiM ini kami berharap industri asuransi dapat menyiapkan strategi yang tepat khususnya melalui teknologi digital guna meningkatkan penetrasi asuransi jiwa di Indonesia," ujar Ketua AAJI, Budi Tampubolon, Jumat (27/9).
Menurut Budi, besarnya potensi pasar industri asuransi di Indonesia harus segera digarap. "Beragam kemudahan teknologi saat ini kami yakini dapat mendorong percepatan penetrasi pasar khususnya anak-anak milenial," katanya.
Saat ini, penetrasi asuransi jiwa di Indonesia yang terbilang masih cukup rendah, sementara penetrasi penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi. Hal tersebut menurut Budi merupakan suatu kesempatan bagi industri asuransi jiwa.
"Transformasi digital merupakan kunci penghubung untuk kedua hal tersebut," kata Budi.
Saat mempersiapkan seminar DRIM 2019, AAJI bekerja sama dengan Nielsen juga telah melakukan survei khusus terkait pandangan generasi milenial terhadap asuransi dan kebutuhan pada masa depan.
Dari hasil survei itu, terlihat bahwa segmen milenial dengan usia 25-38 tahu sudah memahami pentingnya asuransi dan paham bahwa mereka dapat membeli produk asuransi melalui jalur distribusi secara daring.
Walaupun produk asuransi jiwa lebih dikenal dan diminati oleh segmen usia lebih tua pada usia 30-38 tahun, namun segmen usia muda atau dikenal dengan Gen Z (usia 17-24 tahun) sudah mulai memiliki kesadaran akan pentingnya perlindungan asuransi.
"Peran agen asuransi yang menawarkan produk asuransi jiwa masih menjadi jalur utama dimana sekitar 77 persen dari total premi baru dihasilkan dari jalur itu. Meskipun begitu, kami mencatat penjualan produk asuransi sudah mulai terlihat sekitar 0,01 persen dari total premi baru Rp 54,57 triliun," ujarnya.
Ia berharap, penetrasi penggunaan internet dan pengguna media sosial di Indonesia dapat mendorong penetrasi pasar asuransi di Indonesia. Dengan wilayah yang sangat luas dan ribuan pulau, komunikasi digital adalah kunci utama mendekatkan diri dengan segmen Milenial dan Gen Z tersebut.
"Program-program pemasaran dari jalur digital maupun media sosial bagi segmen milenial dan Gen Z kedepannya kami harap dapat mempengaruhi dan memberi kontribusi besar dalam penetrasi asuransi jiwa," kata Budi Tampubolon.