REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap faktor penyebab tingginya angka kematian jamaah haji 2019. elelahan, gangguan sistem kardiovaskuler, sistem peredaran darah (sirkulatori), sistem pernapasan (respiratori) dan penyakit bawaan sebelum pergi haji terpantau berperan dalam kasus tersebut.
"Peserta haji dengan risiko tinggi, yaitu lansia, memang lebih banyak tahun ini, ada sekitar 60 persen dibandingkan dengan yang sehat. Kemenkes telah berupaya memberikan pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat haji," kata Menteri Kesehatan Nila F Moeloek di saat Evaluasi Haji 2019 di Jakarta, Jumat.
Selain itu, penambahan kuota 10 ribu jamaah haji yang memprioritaskan peserta berusia di atas 70 tahun juga menambah jamaah yang berisiko tinggi. Angka kematian jamaah haji pada 2019 mencapai 436 orang, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 385 orang.
Nila mengatakan, pada 2019, jamaah haji sudah diperiksa kesehatannya sejak sembilan bulan sampai satu tahun sebelum keberangkatan haji. Dia berharap semua peserta haji dapat menjaga kesehatan tak hanya jelang keberangkatan, tetapi sejak mereka mendaftar haji.
"Setiap orang yang mendaftar haji agar terus menjaga kesehatan dan memeriksa kesehatannya. Jadi pas berangkat dalam keadaan optimal," kata dia.
Nila pun menyarankan pembimbing haji atau ustaz juga menjelaskan kepada peserta haji tentang pentingnya menjaga kesehatan kepada para peserta haji. Dia juga mengapresiasi tenaga kesehatan haji yang sudah bekerja luar biasa membantu jamaah selama di tanah suci.
"Pekerjaan mereka bukan saja menolong dan mengobati jamaah, tetapi mereka juga mau menggendong jamaah dan memberikan bantuan komunikasi," kata dia.