REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, meminta anak-anak tidak dilibatkan dalam aksi yang digelar alumni 212 di Istana Negara pada Sabtu (28/9). Anak-anak tidak boleh menjadi korban kekerasan saat kerusuhan.
"Penggunaan narasi-narasi jihad untuk mengajak anak melakukan demonstrasi di jalanan merupakan hal yang kurang tepat dan perlu diluruskan. Apalagi usia mereka merupakan usia tumbuh kembang yang perlu dilindungi dari segala bentuk potensi negatif, termasuk kerentanan menjadi korban dari ha-hal yang tak terprediksi saat demonstrasi berlangsung, " ujar Susanto dalam keterangan teertulisnya, Jumat (27/9).
Belajar dari aksi pelajar yang berakhir rusuh pada Kamis (26/9) lalu, maka KPAI meminta para orangtua, melakukan pengawasan dan pendampingan pada anak-anaknya yang sudah usia remaja agar dapat hati hati mengikuti ajakan aksi demonstrasi melalui medai sosial karena tidak jelas siapa penanggungjawabnya. Para orangtua harus membuka ruang dialog dengan anak-anaknya.
Para orangtua juga harus memantau media sosial anak-anaknya sebagai bentuk pencegahan, karena undangan aksi di era ini disebarkan melalui media sosial Instagram dan aplikasi WhatsApp. Kedua, KPAI mendorong kepala-kepala sekolah untuk juga membuka ruang dialog dengan para siswanya, seperti mengedukasi bahaya mereka ikut aksi demo melalui media sosial yang tidak jelas penanggungjawabnya, serta tidak jelas persiapannya jika menghadapi situasi kacau.
Meski anak-anak SMA/SMK/MA sudah berusia 17 tahun (masih usia anak, karena usia anak 0-18 tahun menurut UU Perlindungan Anak.). Namun, jika mereka berada dalam kerumuman yang berpotensi rusuh, tentu sangat membahayakan. Oleh karena itu, sekolah melalui para guru harus mengedukasi anak-anak agar sadar pada bahaya dan resiko yang akan terjadi ketika mengikuti aksi demo," tegas Susanto.
Ketiga, KPAI mengajak semua tokoh masyarakat, tokoh agama dan semua elemen masyarakat agar melakukan berbagai upaya mencegah anak agar tidak terprovokasi narasi jihad dalam ajakan demonstrasi sebagaimana beredar di medsos dan mencegah agar anak tidak ikut demostrasi. Keempat, KPAI mendorong para Kepala Dinas Pendidikan seluruh Indonesia untuk mengantisipasi dan mencegah anak-anak di manfaatkan dalam unjuk rasa dan upaya melindungi anak-anak dari bahaya, maka Para Kadisdik diharapkan mengeluarkan edaran kepada para kepala sekolah untuk melakukan langkah-langkah pencegahan untuk melindungi para siswanya.
Kelima, khusus Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang anak-anaknya merupakan bagian dari massa aksi 25 September 2019, KPAI mendorong ketiga Kadisdik mengeluarkan edaran kepada para kepala sekolah yang anaknya menjadi peserta aksi untuk wajib di penuhi hak atas pendidikannya. Jangan mengeluarkan siswa karena jadi peserta aksi demo, karena anak-anak tersebut sebagian besar hanya ikut-ikutan
"Keenam karena ajakan aksi demo terus menerus muncul di media sosial dengan berbeda kelompok dan kepentingan hampir di seluruh daerah di Indonesia, maka KPAI juga mendorong Mendikbud RI dan Menteri Agama RI untuk membuat sudart edaran kepada seluruh kepala Dinas Pendidikan di Indonesia, baik Disdik Provinsi maupun kabupaten/Kota agar menyampaikan kepada para kepala sekolah dan para guru untuk mengantisipasi keterlibatan para siswanya dalam berbagai aksi demo tersebut yang berpotensi membahayakan anak," tambah Susanto.
Sebelumnya, Alumni 212 akan menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Sabtu. Aksi digelar sebagai respons atas kondisi ketidakadilan yang diterima sejumlah elemen masyarakat akhir-akhir ini.
Ketua panitia aksi, ustadz Edy Mulyadi, mengatakan aksi akan digelar mulai pukul 08.00 WIB. Titik kumpul aksi di Bundaran HI dan akan bergerak menuju istana.
"Kami ingin menegaskan, bahwa umat Islam bersama arus besar perubahan yang digelorakan mahasiswa dan para pelajar STM. Kami ingin memberikan kontribusi maksimal untuk perubahan Indonesia manjadi lebih baik," ujar Ustadz Edy dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Jumat.
Sedianya, aksi para alumni 212 ini akan digelar dalam bentuk parade tauhid dengan mengambil rute kawasan Senayan hingga Monas. Namun, pada akhirnya format dan lokasi aksi diubah.