Ahad 29 Sep 2019 00:03 WIB

Polisi Ungkap Rumah Penyiksaan Berkedok Sekolah di Nigeria

Polisi menyelamatkan 500 orang korban penyiksaan.

Rep: Febryan A/ Red: Ani Nursalikah
 Kepolisian Nigeria berhasil menyelamatkan sekitar 500 orang korban penyiksaan dari sebuah bagunan sekolah di Kota Kaduna.
Foto: Nigerian Police
Kepolisian Nigeria berhasil menyelamatkan sekitar 500 orang korban penyiksaan dari sebuah bagunan sekolah di Kota Kaduna.

REPUBLIKA.CO.ID, KADUNA -- Kepolisian Nigeria berhasil menyelamatkan sekitar 500 orang korban penyiksaan dari sebuah bagunan sekolah di Kota Kaduna. Mereka terdiri dari laki-laki dewasa dan anak-anak yang selama ini mendapatkan penyiksaan dan pelecehan seksual. Di dalamnya, termasuk anak-anak berumur lima tahun.

Kepala Polisi Kota Kaduna, Ali Janga, mengatakan, bangunan itu digerebek setelah mendapat informasi tentang aktivitas mencurigakan di sana. Ia menyebut bangunan itu adalah rumah penyiksaan dan tempat perbudakan manusia.

Baca Juga

Janga mengungkapkan, para tahanan itu berada dalam kondisi luka-luka dan kekurangan makanan ketika dilakukan penggerebekan. Para tahanan pun mengaku senang setelah diselamatkan polisi.

Salah seorang korban mengatakan, dirinya telah disika, dilecehkan secara seksual, dibiarkan kelaparan, dan dicegah untuk melarikan diri selama bertahun-tahun. "Saya telah menghabiskan tiga bulan di sini dengan rantai di kaki saya," katanya, dilansir di BBC, Sabtu (28/9).

Bell Hezma melaporkan untuk media Nigeria menyebut, tempat itu seharusnya adalah pusat keagamaan, tetapi ketika mereka ingin melarikan diri malah mendapatkan hukuman berat. "Mereka mengikat orang dan menggantung mereka ke langit-langit," tulisnya.

Beberapa anak mengatakan kepada polisi mereka sampai di sana setelah diantarkan oleh kerabatnya yang meyakini bangunan itu adalah sekolah Alquran. Dua dari anak-anak yang dibebaskan mengaku dikirim oleh orang tua ke sana dari Burkina Faso. Meski demikian, polisi yakin korban lainnya datang dari Nigeria utara.

Diketahui, sekolah-sekolah agama populer di wilayah tersebut. Namun, sejumlah kecurigaan telah muncul sejak lama bahwa kerap terjadi pelecehan seksual dan pemaksaan agar murid menjadi pengemis.

Salah satu orang tua dari korban mengatakan dirinya tidak tahu sama sekali ternyata anaknya mendapatkan penyiksaan di sana. Atas kejadian ini, polisi telah menetapkan delapan orang tersangka yang merupakan guru sekolah tersebut. Sedangkan korban kini masih mendapatkan perawatan medis dan menunggu kedatangan keluarga masing-masing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement