REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sastrawan Seno Gumira Ajidarma mengatakan, pengarsipan komik yang pernah rilis di Indonesia sangatlah susah. Ini disebabkan oleh keengganan para kolektor untuk mendata komik yang dimiliki.
"Saya sudah ngomong 100 kali soal ini tapi watak kepelitan itu yang harus dibongkar. Saya enggak minta komiknya cuma datanya saja. Arsip ini memang super mahal," kata Seno dalam diskusi "Komik Itu Baik" di Jakarta, Sabtu (28/9).
"Salah satu cara untuk mengarsipkan ya semua orang menyumbangkan koleksinya. Arsip komik Indonesia bisa terselamatkan karena kerja kolektor yang berburu komik ke seluruh nusantara. Ada yang baik meminjamkan tapi ada juga yang pelit-pelit," lanjutnya.
Seno yang mendapat gelar doktor pertama bidang komik di Indonesia ini mengatakan bahwa sejak dulu telah memiliki rencana bersama Arswendo Atmowiloto untuk membuat museum komik. Sayangnya hingga akhir hayat Arswendo, keinginan tersebut belum tercapai dan diwujudkan.
Seno berupaya mewujudkannya keinginan temannya itu dengan cara lain, yakni menghadirkan "Festival Cergam Komik Itu Baik - Tribute untuk Arswendo Atmowiloto" di Galeri Dia.lo.gue, Kemang mulai 28 September hingga 20 Oktober.
"Saya pernah bilang ke Mas Wendo, 'Yuk kita bikin museum kayak HB Jasin tapi versi komik', tapi ya gitu saja. Terus kepikiran lagi, tapi Mas Wendo sudah enggak ada," ujar penulis novel "Biola Tak Berdawai" itu.
Masih menurut Seno, pengarsipan komik di Indonesia sangatlah penting. Selain untuk kajian komik, hal ini juga berguna sebagai acuan dalam penulisan sejarah.
"Semua kolektor baiknya mendata komik-komiknya dan sudilah untuk menggabungkan semuanya. Kan sekarang juga sudah zamannya scan," kata dia berharap.