REPUBLIKA.CO.ID, KUTAMA -- Eks presiden sekaligus pendiri Zimbabwe Robert Mugabe dimakamkan di kampung halamannya di Kutama, Zimbabwe, Sabtu (28/9). Pemakaman itu, mengakhiri perdebatan antara keluarga Mugabe dengan Presiden Emmerson Mnangagwa yang memperebutkan tempat peristirahatan terakhir Mugabe.
Keluarga menginginkan Mugabe dimakamkan di kampung halamannya di Kutama. Sementara, Pemerintah menginginkan Mugabe dimakamkan di monumen pahlawan.
Juru bicara keluarga Mugabe, Walter Chidhakwa mengatakan, keluarga Mugabe tampak tak selaras dengan permintaan pemerintah. Namun, Walter menyatakan, sebelum meninggal Mugabe berwasiat untuk dapat dimakamkan di Kutama dan bukan di taman makam pahlawan nasional yang berada di Ibu Kota Harare.
"Mungkin ada orang lain yang mungkin berpikir bahwa keluarga (Mugabe) melakukan sesuatu yang tidak selaras mungkin dengan ide-ide lain dari partai kami ZANU-PF atau pemerintah," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/9).
Mewakili keluarga Mugabe, Walter menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Emmerson Mnangagwa. Sebab, Mnangagwa telah menyetujui pemakaman Mugabe di kampung halamannya.
"Mungkin bukan itu yang Anda harapkan karena Anda ingin dia dimakamkan (di taman makam pahlawan nasional), tetapi apa yang kami lakukan adalah keinginan ayah kami," katanya.
Melalui perwakilan pemerintah, Mnangagwa pada awalnya mendesak agar Mugabe dimakamkan di monumen pahlawan. Presiden dari partai ZANU-PF itu disebut ingin menunjukkan bahwa pemakaman di monumen pahlawan sebagai proses rekonsiliasi kepada pengagum Mugabe.
Juru bicara partai ZANU-PF Simon Khaya Moyo menyayangkan keputusan untuk mengubur Mugabe di Kutama. Khaya Moyo menilai, keputusan itu menandai berlanjutnya perselisihan antara partai yang berkuasa dengan keluarga Mugabe.