Ahad 29 Sep 2019 16:33 WIB

Pemberantasan Ilegal Fishing, Norwegia Apresiasi Indonesia

Praktik ilegal fishing membuat nelayan lokal sulit mendapatkan ikan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Api dan asap keluar dari lambung kapal nelayan asing pelaku ilegal fishing yang ditenggelamkan di perairan Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (20/5).  (Antara/Fiqman Sunandar)
Api dan asap keluar dari lambung kapal nelayan asing pelaku ilegal fishing yang ditenggelamkan di perairan Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (20/5). (Antara/Fiqman Sunandar)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia atas kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi laut berkelanjutan. Salah satunya kebijakan yang ditempuh dalam memberantas praktik Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing) dalam lima tahun terakhir.

Erna Solberg merupakan prakarsa Panel For A Sustainable Ocean Economy (HLP) yang menjadi forum 14 negara yang memiliki kesepakatan untuk menyelamatkan laut.

Baca Juga

"Menurut kami, Indonesia adalah contoh negara yang berhasil memberantas illegal fishing dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilan itu dikarenakan pemerintah menaruh perhatian khusus dan menerapkan aturan yang keras terhadap pelaku kejahatan perikanan yang terorganisir," kata Erna dalam Siaran Pers Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Ahad (29/9).

Erna mengatakan, praktik IUU Fishing membuat nelayan lokal sulit untuk mendapatkan ikan. Selain itu, harga jual yang didapatkan para nelayan pun menjadi rendah.

Karenanya, Erna sepakat bahwa praktik IUU Fishing harus diberantas untuk menjaga keberlanjutan sumber daya laut. Ia pun mengapresiasi kebijakan perikanan Indonesia yang menaruh perhatian pada keberlanjutan demi kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

"Saya rasa, masyarakat Indonesia harus senang dengan kebijakan perikanan yang telah dibuat saat ini. Itu adalah kebijakan jangka panjang yang sangat baik untuk seluruh masyarakat yang bekerja dan mendapatkan penghidupan dari laut," ujarnya. 

Selama beberapa tahun terakhir, Norwegia menjalin kerja sama dengan Indonesia di sektor penyelamatan hutan dan sektor pemberantasan IUU Fishing. Langkah ini telah berkontribusi untuk menjaga keberlanjutan sumber daya laut.

"Norwegia memiliki kerja sama yang baik dengan Indonesia. Saya juga pernah mengunjungi Presiden RI di kantornya. Salah satu isu paling penting yang kami bicarakan ialah tentang laut dan penyelamatan hutan. Terkait isu laut, kita ingin Indonesia ikut serta dalam HLP karena kerja sama yang sudah kita jalin selama ini, terutama dalam memberantas IUU Fishing," katanya menambahkan.

Selama ini, Norwegia memberikan dukungan teknologi dan pembangunan kapasitas sumber daya manusia untuk memberantas IUU Fishing. Selain itu, Indonesia dan Norwegia saling bertukar informasi untuk memberantas kejahatan perikanan lintas batas yang terorganisir.

Menindaklanjuti kerja sama antara kedua negara, Norwegia mengajak Indonesia untuk bekerja sama dalam mengatasi permasalahan laut seperti sampah plastik yang mengotori laut dunia saat ini bersama dengan 14 negara yang tergabung dalam HLP.

“Indonesia adalah negara dengan wilayah laut yang sangat besar. Keindahan pulau-pulau dan lautnya luar biasa. Sayangnya, kita melihat permasalahan sampah plastik dan lainnya. Apabila berlibur ke Indonesia, kita tidak ingin melihat laut yang penuh dengan sampah plastik. Kita juga tidak ingin memakan ikan yang mengandung plastik," tegasnya.

Norwegia, kata Erna, memiliki kesamaan dengan Indonesia sebagai negara berbasis laut dengan komposisi masyarakat yang banyak mendapatkan penghidupan dari laut. Untuk itu, ia mengajak Indonesia untuk memanfaatkan laut secara berkelanjutan.

"Mari kita pastikan bahwa kita sebagai masyarakat dunia tidak menghabiskan sumber daya ikan yang ada, tidak mencemari laut, dan mengelola laut secara berkelanjutan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat," kata Erna. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement