REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis dan cendekiawan muda Yudi Latief menyebut ancaman bangsa Indonesia saat ini lebih berupa serangan ideologi. Karena itu, ia mengatakan, Indonesia membutuhkan strategis khusus dan human security yang lebih kuat.
Yudi Latief yang juga cendekiawan Muslim menyebutkan bangsa ini harus mulai terbiasa mengenali ancaman keamanan yang bukan ancaman konvensional. “Musuh kita bukan lagi dari luar atau kriminal berupa pencurian, tetapi ancaman dari dalam seperti serangan ideologi. Tentu cara menghadapinya berbeda karena membutuhkan human security berupa sistem imun,” katanya di Jakarta, Ahad (29/9).
Yuni hadir dalam Seminar Kebangsaan bertema "Pemuda Dalam Menghadapi Tantangan Keamanan Nasional" yang diselenggarakan oleh DPP Generasi Muda Mathla'ul Anwar di salah satu hotel di Kota Tangerang Selatan. Menanggapi hal itu, Ketua Umum DPP GEMA Mathla'ul Anwar Ahmad Nawawi menegaskan pentingnya membangun, merawat, dan menumbuhkan semangat kebangsaan di kalangan pemuda dan mahasiswa.
Sementara Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI Dr Asrorun Ni'am Sholeh MA, menyampaikan pemuda muslim sejak dulu memiliki sejarah panjang intelektual yang tinggi. “KH Mas Abdurrahman, KH Hasyim Ashari, maupun KH Ahmad Dahlan menelurkan pemikiran brilian di usia muda sehingga pemuda harus mengasah selalu intelektualnya,” katanya.
Sedangkan pengamat politik Adi Prayitno menyampaikan pemuda Muslim berbasis pesantren harus mampu bersaing masuk ke perguruan tinggi negeri terkemuka. Dengan demikian, pemuda Muslim dapat menularkan pemikiran Islam yang moderat di kampus umum agar kampus umum tidak gampang disusupi pemikiran yang dapat memecah belah bangsa.
Kepala Satgas Nusantara Polri melalui Kapolres Kota Tangerang Selatan AKBP Ferdy Irawan menyampaikan pemuda Muslim dapat berkontribusi dalam keamanan nasional dengan belajar agama Islam secara benar kepada ulama dan kiai yang memiliki kompetensi untuk mengajar agama Islam. Ia mengimbau pemuda tidak belajar dengan guru-guru yang tidak jelas rekam jejak pendidikannya.