REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gus Miek dikenal luas di berbagai kalangan masyarakat sebagai seorang yang lebih banyak terjun di dunia malam ketimbang memberikan bimbingan kepada umat Islam yang telah mapan keimanannya. Karakteristik atau keunikan dakwahnya berhasil mengentaskan kalangan penjudi dan bromocorah dari lumpur dosa menuju pintu tobat.
Dalam berdakwah, Gus Miek membungkus dirinya dalam kehinaan karena tidak mungkin ditempuh dengan jalan kekiaiannya saat masuk tempat perjudian atau diskotek. Diceritakan, suatu ketika, Gus Miek bersama santrinya masuk ke diskotek. Santri itu mencoba menutupi identitas Gus Miek agar tidak dilihat dan dikenali penghuni dan pengunjung diskotek itu.
Santrinya bertanya, Gus, apakah jamaah Anda kurang banyak, apakah Anda kurang kaya, kok masuk tempat seperti ini? Gus Miek terlihat emosi mendengar pertanyaan orang terdekatnya yang telah puluhan tahun mengikutinya. Kemudian, Gus Miek pun menjawab, Biar nama saya cemar di mata manusia, tapi tenar di mata Allah.
“Apalah arti sebuah nama. Paling mentok nama saya hancur di mata umat. Semua orang yang ada di tempat ini juga menginginkan surga, bukan hanya jamaah saja yang menginginkan surga. Semua orang di dalam diskotek ini juga menginginkan surga. Tetapi, yang berani masuk, kiai mana yang berani masuk ke sini? kata Gus Miek.
Menurut Gus Miek, seruan kebenaran atau dakwah harus dimulai dari kelompok yang bobrok atau rusak. Karena, apabila memulai dari umat yang baik, seseorang harus mampu menyajikan yang lebih baik lagi dan ini sebuah pekerjaan yang panjang lantaran di dalamnya terdapat persaingan pengaruh dengan kiai atau pembimbing yang sebelumnya.
Tidak hanya itu, setiap umat yang lebih baik juga telah memiliki ikatan batin atau keyakinan keselamatan dan kebahagiaan dengan pembimbingnya masing-masing. Sementara itu, kelompok umat yang rusak tetap berada pada kondisi status quo dan tak ada yang mau menyentuhnya.
Dalam buku Leadership Secretur Gus Dur-Gus Miek yang ditulis M Nurul Ibad dijelaskan bahwa mengentaskan mutiara dari lumpur adalah slogan yang di dengungkan Gus Miek yang membawa jamaah kepada iman dan Islam serta membawa subtansi nilai-nilai Islam kepada umat.
Oleh karena itu, Gus Miek banyak melakukan kunjungan ke tempat kemaksiatan dan lebih memilih untuk semakin dalam menerjuni jalur perjuangannya.