REPUBLIKA.CO.ID, Kisah Harut dan Marut mungkin sudah tak asing lagi bagi umat Muslim. Pasalnya kedua nama itu disebutkan dalam Alquran, tepatnya surah al-Baqarah ayat ke-102.
Dalam kisah Israiliyyat atau versi Yahudi, Harut Marut diceritakan secara berbeda. Keduanya dijelaskan sebagai malaikat yang tengah diuji Allah.
Hal itu karena, malaikat tidak setuju dengan penugasan orang saleh sebagai khalifah di Bumi. Meski orang saleh berbeda dengan manusia biasa.
Malaikat berpendapat, jika mereka diberikan nafsu seperti manusia, mereka dapat menahannya lebih baik dari orang saleh. Maka, Allah kemudian menurunkan Harut serta Marut ke Bumi untuk menguji perkataan para malaikat.
Keduanya diberikan hawa nafsu layaknya manusia. Sesampainya di Bumi, Harut dan Marut melihat wanita cantik dan langsung terpesona.
Si wanita lalu menawarkan tiga perbuatan kepada Harut dan Marut yakni pertama menyembah berhala, kedua membunuh bayi, serta ketiga meminum khamar.
Mereka berdua berpikir, menyembah berhala merupakan perbuatan kafir dan membunuh bayi merupakan dosa besar. Akhirnya mereka memilih meminum khamar.
Setelah meminumnya, mereka menjadi mabuk sekaligus kehilangan akal sehingga melakukan berbagai dosa, mulai dari menyembah berhala, membunuh bayi, hingga memperlakukan wanita secara keji.
Atas segala dosanya, sifat kemalaikatan Harut dan Marut pun dicabut. Allah murka dan menggantung keduanya di langit Kota Babil sampai hari kiamat. Sejak digantung mereka mengajarkan sihir kepada manusia.
Hanya saja kisah versi Yahudi itu dibantah oleh dalil-dalil tentang ma’shum (terjaga)-nya malaikat. Ahli Tafsir Ibnu Katsir juga menegaskan, cerita Harut dan Marut dari Israiliyat murni berasal dari lisan Yahudi, bukanlah hadis marfu’ dari Rasulullah SAW.