Ley Webster adalah pemilik agen perekrutan yang melatih pekerja, sekaligus memasoknya kepada para petani di Australia Barat. Tapi kini ia memiliki masalah. Ia telah melatih 200 backpacker setiap tahunnya, sejak 2012, termasuk mencarikan mereka pekerjaan.
Ley melakukan pelatihan dari lahan miliknya di kawasan Greenhills, sekitar 120 kilometer sebelah timur Perth dan kebanyakan peserta berasal dari Eropa, Amerika Selatan, serta Kanada.
"Saya punya jaringan lebih dari 500 (petani) yang mencari pekerja di Australia Barat, sebenarnya saya bisa melakukan lebih banyak lagi, tetapi dibatasi oleh jumlah peserta yang bisa kami tampung di sini," katanya.
Para petani di Australia mengaku kesulitan untuk menarik warga lokal yang mau bekerja di pertanian. Karenanya, laporan soal jumlah working holiday tahun kedua yang meningkat hingga 20 persen menjadi sebuah berita yang disambut baik oleh sektor pertanian Australia.
Pada tahun 2018-2019, ada lebih dari 43.000 working holiday visa yang dikeluarkan, atau 7.000 lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pengenalan visa 417 untuk tahun ketiga baru-baru ini juga telah meningkatkan minat para 'backpacker' yang ingin tinggal lebih lama lagi.
Kemampuan untuk siap kerja
'Backpacker' yang datang ke peternakan milik Lay akan mengikuti kursus selama empat hari untuk belajar soal gandum, biji-bijian, serta peternakan.
"Tidak ada hukum atau aturan yang mengatakan mereka harus ikut pelatihan pertanian, tetapi ini akan meningkatkan kesempatan kerja mereka, meningkatkan produktivitas mereka, dan meningkatkan keselamatan mereka," kata Ley.
Biasanya Ley mengambil anak-anak muda, kebanyakan dari Eropa, yang bersedia membayar sekitar AU$500 untuk kursus. Lalu ia akan menghubungkannya dengan keluarga petani biji-bijian di daerah itu.
Menurutnya para 'backpacker' sangat tertarik untuk belajar bagaimana mengurus domba, seluk-beluk peternakan dan cara mencukur domba. Di lain pihak para peternak juga mencari pekerja yang memiliki keterampilan dasar itu.
Selain itu, mereka juga dilatih beberapa keterampilan yang dibutuhkan saat musim panen, seperti mengemudikan traktor dan alat-alat untuk panen lainnya.
Gagasan untuk mempersiapkan 'backpacker' menjadi pekerja yang siap untuk bekerja di pertanian berawal dari pengalaman Ley sendiri, saat ia kesulitan mencari pekerja yang bersedia kerja di ladang.
Teman-teman petani sempat mengeluh karena kurangnya keterampilan yang dimiliki 'backpacker', sementara para 'backpacker' mengeluh karena tuntutan yang tidak realistis dari para petani.
"Ada banyak hal negatif dari kedua belah pihak dan saya rasa kita harus mengubahnya," kata Ley.
Artikel ini disadur dari laporan aslinya dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.
Berita-berita lain seputar studi, kerja, dan tinggal di Australia bisa Anda dapatkan di situs ABC Indonesia dan bergabunglah bersama komunitas kami di Facebook/ABCIndonesia.