REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Nilai merger dan akuisisi (M&A) global menurun 16 persen secara year on year (yoy) menjadi 729 miliar dolar AS pada kuartal ketiga. Berdasarkan data Refinitiv, nilai tersebut merupakan nilai kuartalan terendah sejak 2016. Penyebabnya, ketidakpastian ekonomi global yang membatasi perusahaan untuk melakukan merger dan akuisisi.
Kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina hingga menurunkan pertumbuhan ekonomi global ke level terendah dalam satu dakede telah membebani perusahaan melakukan merger ataupun akuisisi. Bahkan, kondisi ini terjadi di tengah pembiayaan utang untuk akuisisi tetap murah dan pasar ekuitas tetap kuat.
Global co-head M&A di Goldman Sachs Group, Michael Carr, menuturkan bahwa volume M&A menurun karena ada kekhawatiran bahwa risiko mungkin meningkat di beberapa tempat. "Baik di pasar ataupun tempat lain," ujarnya seperti dilansir Reuters, Senin (30/9).
Salah satu negara yang terutama terpukul adalah AS. Belanja konsumen nyaris tidak naik pada musim panas dan investasi bisnis tetap melemah di tengah ketegangan perdagangan. M&A AS bahkan merosot 40 persen (yoy) menjadi 246 miliar dolar AS pada kuartal ketiga, level kuartalan terendah sejak 2014.
Sementara itu, Asia bernasib sedikit lebih baik. Aktivitas M&A di wilayah ini turun 20 persen dari tahun ke tahun menjadi 160 miliar dolar AS, level terendah sejak 2017. Asia tengah dilanda kekhawatiran akan masa depan Hong Kong sebagai pusat keuangan setelah gelombang protes pro demokrasi.
Co-head Global M&A di Credit Suisse Group AG, Robin Rankin, menuturkan bahwa perusahaan-perusahaan yang sebelumnya melihat kesepakatan menjadi lebih enggan mengambil risiko. Kondisi ini akan terjadi sepanjang tahun dan berpotensi menurunkan volume M&A keseluruhan pada tahun 2019. “Tapi, kami berharap aktivitas M&A akan kembali menguat begitu memasuki tahun depan,” tuturnya.
Satu-satunya titik terang pada kuartal ketiga adalah kawasan Eropa. Aktivitas M&A mencapai 249 miliar dolar AS, naik 45 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Menurut Co-Head EMEA M&A di Bank of America Corp, Eamon Brabazon, kesepakatan yang tersebar di berbagai sektor dan geografi menjadi pendukung utama kinerja Eropa.
Brabazon menyebutkan, kondisi di Eropa menuunjukan pertana pasar yang sehat karena tidak bergantung pada satu sektor tertentu. "Tidak ada alasan yang jelas untuk memproyeksikan M&A (di Eropa) melambat dalam waktu dekat," katanya.
Dari berbagai negara di Eropa, Inggris menjadi pasar M&A terbesar. Pangsa pasarnya 6,4 persen dari M&A global dan nilai transaksinya mencapai 177 miliar dolar AS sepanjang tahun. Ketidakpastian Brexit membuat perusahaan di Inggris menjadi target akuisisi yang lebih murah.