Selasa 01 Oct 2019 07:44 WIB

Yunani Berencana Deportasi 10 Ribu Imigran

Pengungsi yang rentan dipindah dari kamp Moria yang penuh sesak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Pengungsi dan migran membawa barang bawaan mereka untuk berlayar dengan feri ke pelabuhan Piraeus di timur laut Lesbos, Yunani, Senin (30/9). Otoritas memindahkan ratusan migran yang rentan dari kamp Moria yang penuh sesak pascakebakaran dan kerusuhan.
Foto: AP Photo/Michael Varaklas
Pengungsi dan migran membawa barang bawaan mereka untuk berlayar dengan feri ke pelabuhan Piraeus di timur laut Lesbos, Yunani, Senin (30/9). Otoritas memindahkan ratusan migran yang rentan dari kamp Moria yang penuh sesak pascakebakaran dan kerusuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, LESBOS -- Yunani mengumumkan langkah-langkah untuk mengatasi meningkatnya arus imigrasi yang masuk ke negaranya, Senin (30/9). Mereka akan mendeportasi 10 ribu orang pada akhir tahun dan memindahkan ribuan orang ke daratan utama dari kamp-kamp yang penuh sesak.

Rencana itu diungkapkan setelah pertemuan kabinet empat jam yang diketuai Perdana Menteri Yunanin Kyriakos Mitsotakis. Pertemuan tersebut didorong peristiwa kebakaran yang menimbulkan korban jiwa di sebuah kamp penuh sesak yang menampung para pengungsi dan imigran di pulau Lesbos sehari sebelumnya.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Aljazirah, pemerintah yang baru terpilih mengatakan, ingin mengembalikan 10 ribu orang ke Turki pada akhir 2020. Jumlah tersebut meningkat dari 1.805 yang dikembalikan dalam 4,5 tahun di bawah pemerintahan Syriza sebelumnya.

Pemerintah Yunani telah mengumumkan akan lebih banyak patroli angkatan laut di Laut Aegea, pusat-pusat tertutup bagi para imigran menolak suaka, dan berencana merombak sistem suaka. Imigran dan pengungsi akan disebar di berbagai kamp di 13 otoritas daerah di negara itu.

Keputusan ini menggantikan kesepakatan Uni Eropa 2016 dengan Turki. Kesepakatan itu melarang pendatang baru meninggalkan Lesbos dan empat pulau timur lainnya yang menghadap pantai Turki hingga suaka pengungsi diproses.

Laporan Dokter Tanpa Batas (MSF) menyatakan, kesepakatan tersebut membuat sekitar 24 ribu imigran dan pengungsi telantar di lima kamp pulau dalam kondisi mengerikan. "Kami berada dalam konteks yang berbeda dibandingkan dengan 2015. Namun, ini adalah periode terburuk yang pernah kami alami sejak kesepakatan Uni Eropa-Turki tercapai," kata Wakil Menteri Perlindungan Warga Negara Lefteris Economou.

Sebelum keputusan baru dibuat, kebakaran besar memusnahkan delapan rumah di kamp Moria kepulauan Lesbos. Hal ini memicu kerusuhan oleh warga kamp yang menuduh tim darurat terlalu lama tiba.

Pihak berwenang membubarkan kerumunan, termasuk anak-anak dengan gas air mata. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyalahkan kobaran api yang menewaskan setidaknya satu wanita.

Kamp tersebut saat ini menampung sekitar 13 ribu orang. Padahal tempat itu hanya memiliki kapasitas untuk 3.000 orang saja.

Laporan pada Ahad lalu juga menyatakan seorang anak tewas dalam kebakaran itu. Sebanyak 17 warga yang terluka, termasuk dua anak-anak, dipindahkan ke rumah sakit di pulau itu setelah kebakaran.

Yunani menampung lebih dari 70 ribu pengungsi dan imigran yang sebagian besar dari Suriah. Gelombang pengungsi ini terjadi karena mereka telah meninggalkan Suriah sejak 2015 dan menyeberang dari negara tetangga Turki. Sekitar 10 ribu orang telah mendarat di Lesbos dalam tiga bulan terakhir saja.

Beberapa kelompok bantuan yang bekerja di kamp-kamp pulau telah meminta pemerintah segera mengevakuasi semua orang yang rentan, termasuk anak-anak tanpa orang tua. Mereka tinggal di Moria dalam kondisi memprihatinkan dengan hanya memiliki beberapa fasilitas toilet dan kamar mandi, serta beberapa dokter.

"Kami terus-menerus mempersiapkan diri untuk tragedi baru," ujar Direktur Yunani Komite Penyelamatan Internasional Dimitra Kalogeropoulou

Juru Bicara Komisi Eropa Mina Andreeva mendukung rencana memindahkan pengungsi yang tinggal di kamp pulau ke daratan utama. Mereka siap memberikan dukungan tambahan setelah terjadi peristiwa tragis yang menelan korban jiwa itu. Sementara itu, juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pemerintahnya mendukung upaya Yunani meningkatkan jumlah deportasi imigran ke Turki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement