Selasa 01 Oct 2019 12:28 WIB

BPS: September 2019 Terjadi Deflasi 0,27 Persen

Penyebab utama deflasi pada Septmber adalah penurunan harga bahan makanan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nidia Zuraya
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadinya deflasi sebesar 0,27 persen pada September 2019. Deflasi diakibatkan penurunan harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan.

"Saya bisa simpulkan, deflasi September 2019 sebesar 0,27 persen. Penyebab utama karena turunnya harga cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, telor ayam ras. Yang menghambat deflasi itu kenaikan harga emas perhiasan dan uang kuliah," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/10).

Baca Juga

Ia menyampaikan deflasi diakibatkan penurunan harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar sebesar 1,97 persen dan memiliki andil penyumbang deflasi sebesar 0,44 persen. "Andil deflasi terbesar disumbang cabai merah sebesar 0,19 persen, lalu disusul bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, telor ayam ras. Jadi deflasi disebabkan  penurunan harga bumbu-bumbuan," tuturnya.

Suhariyanto menyebut, terdapat bahan makanan yang mengalami kenaikan, salah satunya adalah beras. "Masih ada komoditas yang berikan inflasi beras sebesar 0,12 persen dengan andil 0,01 persen, nggak perlu dikhawatirkan karena cadangan cukup," kata dia.

Ia menambahkan, beberapa kelompok pengeluaran masih ada yang alami kenaikan diantaranya kenaikan harga emas dan perhiasan.

Suhariyanto mengatakan dari 82 kota indeks harga konsumen, 70 kota mengalami deflasi dan 12 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,94 persen dan terendah di Surabaya sebesar 0,02 persen.

Sementara inflasi tertinggi berada di Meulaboh sebesar 0,91 persen dan terendah berada di Watampone dan Palopo masing-masing 0,01 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement