Selasa 01 Oct 2019 16:17 WIB

Rektor UI Prihatin dengan Kondisi Nasional

Rektor UI mengimbau semua pihak menyelesaikan setiap perbedaan pendapat lewat dialog.

Rep: Febryan. A/ Red: Teguh Firmansyah
Mahasiswa dan pelajar melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (30/9).
Foto: Abdan Syakura
Mahasiswa dan pelajar melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis mengaku prihatin dengan situasi dan kondisi nasional saat ini. Ia pun meminta semua pihak agar menyelesaikan setiap perbedaan pendapat dengan cara-cara dialogis demi menjaga keutuhan NKRI.

"UI menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi nasional saat ini," kata Anis dalam surat pernyataan sikap UI yang diterima Republika.co.id, di Jakarta, Selasa (1/10).

Baca Juga

UI, jelas Anis, menghargai semua perbedaan pendapat yang muncul akhir-akhir ini dalam menyikapi berbagai isu. UI mendukung langkah-langkah yang konstitusional, dialogis dan konstruktif guna mencari titik temu atas perbedaan pendapat tersebut.

photo
Seorang mahasiswa memberikan bunga kepada polisi yang mengamankan aksi unjuk rasa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (1/10/2019).

Seperti diketahui, sejak 23 September lalu, sejumlah aksi demonstrasi digelar berbagai kalangan di sejumlah wilayah dalam menyikapi sejumlah isu. Aksi terbesar adalah yang terjadi pada 24 September. Ribuan mahasiswa berdemonstrasi di depan Gedung DPR/MPR untuk menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP dan menolak hasil revisi UU KPK.

Aksi demonstrasi mahasiswa juga terjadi di sejumlah wilayah lain di Indonesia. Hampir di semua kantor DPRD Provinsi didatangi massa mahasiswa untuk menolak pengesahan RUU yang merugikan publik. 

Bahkan pada 25 September, massa pelajar juga ikut turun aksi ke Kompleks Parlemen. Namun, serangkaian aksi yang masih berlangsung hingga hari ini (1/10) diwarnai dengan tindakan represif aparat kemanan maupun tindakan anarkis oleh sebagian massa aksi.

Selain itu, juga terjadi kerusuhan di Wamena, Papua, pada Senin (23/9) lalu. Sebanyak 33 nyawa melayang dan ribuan warga mengunsikan diri. Kerusuhan yang meninggalkan trauma mendalam itu sudah dibantah banyak bawha itu bukanlah konflik rasial.

"UI meminta semua pihak agar memperhatikan dampak sosial, ekonomi, politik dan keamanan dari berbagai kegiatan yang membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara," ungkap Anis.

Oleh karena itu, lanjut Anis, UI mengimbau semua elemen agar mengedepankan keutuhan NKRI daripada kepentingan golongan atau kelompok. "Sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yaitu mensejahterakan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia," kata Anis menutup surat pernyataan sikap tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement