Selasa 01 Oct 2019 16:08 WIB

Enam Pengembang Besar Bentuk Komite Koridor Timur Jakarta

Kawasan indutri di sana tidak menciptakan polusi seperti daerah industri lainnya.

Enam pengembang besar nasional membentuk Komite Koridor Timur Jakarta, Selasa (1/10).
Enam pengembang besar nasional membentuk Komite Koridor Timur Jakarta, Selasa (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Enam pengembang besar nasional membentuk Komite Koridor Timur Jakarta, Selasa (1/10). Mereka sepakat akan melakukan kegiatan marketing dan branding yang terintegrasi agar dapat saling mendukung.

Keenam pengembang itu adalah Jababeka Group, Lippo Group, PT Summarecon Agung Tbk, PT Pollux Properti Indonesia Tbk, Vasanta, dan PT PP Properti Tbk. "Dari kacamata industri properti, Kawasan Timur Jakarta memang relatif agak tertinggal dibanding wilayah barat Jakarta. Namun, itu dulu, sebelum adanya pembangunan infrastruktur yang masif di wilayah koridor Timur Jakarta," ujar CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, di Jakarta.

Secara keseluruhan, ujar Ali, kawasan Koridor Timur Jakarta ini harus di branding atau disosialisasikan karena memiliki banyak kelebihan yang dapat diexpose. Dari segi geografis, Timur Jakarta merupakan pintu gerbang yang menghubungkan kawasan Jakarta ke berbagai kota besar yang ada di Pulau jawa.

Koridor Timur Jakarta seluas sekitar 10 ribu hektare (ha) mencakup Bekasi, Cikarang, dan Karawang adalah jantung penting bagi perekonomian Indonesia. Setidaknya lebih dari 60 persen aktivitas perekonomian nasional disumbang oleh Koridor Timur Jakarta yang 70 persennya berpusat di Bekasi-Cikarang.

Berbagai pengembang properti di Timur Jakarta turut menyumbang dalam pemenuhan kebutuhan pasar, di antaranya Summarecon Bekasi seluas 240 ha, Pollux Properti Indonesia seluas 45 ha, dan PP Properti seluas 28 ha. Lalu Vasanta Innopark seluas 100 ha, Lippo Cikarang seluas 3.400 ha, dan Jababeka seluas 5.600 ha.

Direktur PT Jababeka Tbk Sutedja S Darmono mengatakan pembentukan komite ini berawal dari tukar pikiran bersama antara pengembang di wilayah timur Jakarta. Mereka merasa mempunyai permasalahan yang sama mengenai image kawasan koridor timur Jakarta yang secara tidak langsung turut berdampak pada sisi pemasaran yaitu mengenai kemacetan dan kawasan industri.

"Padahal, image ini sebenarnya tidak tepat karena macet itu lebih dikarenakan adanya pembangunan infrastruktur," ujar Sutedja. "Ke depannya, kemacetan itu nantinya akan berakhir seiring selesainya pembangunan infratruktur."

Sebagai citra kawasan industri, Sutedja mengatakan, koridor timur itu merupakan adalah light to medium industry. Yakni kawasan indutri yang ringan atau tidak menciptakan polusi seperti daerah industri lainnya. "Sehingga sangat nyaman sebagai kawasan hunian,” katanya.

Ketua Umum DPP Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan peta properti di Jakarta yang paling sengit perkembangannya adalah Timur dan Barat. "Rute timur begitu panjang dan luas, namun kenapa developer cenderung memilih barat daripada timur, hal ini tak terlepas dari letak geografisnya," ucap dia.

Selain itu, faktor wilayah barat lebih dulu berkembang sebagai kawasan hunian juga berpengaruh. Namun yang harus diperhatikan, ujar Lukas, koridor timur sangat lengkap dalam berbagai hal dan dari segi fasilitas tidak kalah dibanding wilayah barat.

Selama ini banyak warga melirik properti wilayah barat salah satunya karena fasilitas pendidikan yang lengkap. Padahal jika ditilik lebih dalam wilayah Timur Jakarta juga tidak kalah. "Di beberapa kawasan perumahan bahkan sudah banyak tersedia fasilitas pendidikan berstandar internasional," ujar Lukas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement