REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Menjamurnya tekstil bermotif batik yang dijual murah di pasaran dinilai telah menjatuhkan batik tulis khas keraton. Keberadaan generasi muda pembatik, khususnya di Cirebon, kini juga semakin berkurang.
Hal itu disampaikan Sultan Sepuh IV dari Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat. Dia mengatakan, batik tulis khas keraton saat ini banyak yang dibuat dalam bentuk batik cap dan tekstil.
''(Batik khas keraton) dibuat batik cap dan tekstil sehingga tidak bisa dibedakan mana batik tulis atau bukan, dan harganya sangat murah. Menjatuhkan batik tulis,'' kata Sultan Sepuh, Rabu (2/10).
Selain itu, lanjut Sultan Sepuh, batik khas keraton yang banyak beredar di masyarakat umum juga kerap digunakan secara sembarangan. Padahal, pemakaian batik khas keraton ada tata kramanya.
Salah satu contohnya, batik khas keraton dengan motif sawat penganten. Batik yang semestinya digunakan untuk pengantin, justru digunakam untuk keperluan sehari-hari.
Sultan menyebutkan, batik khas keraton di Cirebon memiliki motif yang beragam. Setiap motif memiliki makna tersendiri.
Adapun motif-motif batik khas keraton di antaranya, kangkungan, singa barong, wadasan, patran keris, patran payung, patran kangkung, sunyaragen, sawat penganten, dalungan dan teratai.
Sultan Sepuh menambahkan, Keraton Kasepuhan Cirebon sejak tiga tahun terakhir ini telah membina masyarakat Magersari di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon. Mereka dilatih agar bisa membatik, khususnya batik-batik klasik keraton.
''Alhamdulillah mereka sudah bisa menghasilkan batik-batik, bahkan ikut dalam pameran di Cirebon maupun Jakarta,'' kata Sultan Sepuh.
Sultan Sepuh mengungkapkan, Cirebon sebagai pusat batik harus mempertahankan dan melestarikan batik-batik klasik dan khas Cirebon. Dia pun mengaku prihatin, generasi penerus pembatik di Cirebon saat ini sudah semakin berkurang. Akibatnya, sampai harus mendatangkan pembatik dari Pekalongan.
''Perlu ada kaderisasi regenerasi pembatik,'' tegas Sultan Sepuh.
Tak hanya itu, Sultan Sepuh juga berharap agar keraton-keraton se-Nusantara untuk terus didukung dan dilindungi. ''Keraton-keraton sebagai pusat wastra tradisional menjadi bagian penting peradaban kain di Indonesia yang perlu dilindungi,'' tutur Sultan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FKSN) tersebut.
Sementara itu, terkait peringatan Hari Batik Nasional, Sultan Sepuh juga mengajak masyarakat untuk mencintai dan melestarikan batik. ''Pada 2 Oktober ini mari kita kenakan batik,'' tandas Sultan Sepuh.