Rabu 02 Oct 2019 14:17 WIB

Menkeu: Deflasi September Didorong Penurunan Ongkos Produksi

BPS mencatat pada bulan September terjadi deflasi sebesar 0,27 persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (26/8/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (26/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi deflasi pada September 2019 sebesar 0,27 persen, didorong ongkos produksi yang menurun. Sehingga, menurut Sri Mulyani, pelaku usaha melakukan koreksi terhadap harga.

"Deflasi adalah karena harga turun bisa karena koreksi terhadap sebelumnya," katanya saat hadir dalam Festival Literasi di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (2/10).

Baca Juga

Dengan begitu, kata dia, harga sejumlah kebutuhan menurun sehingga mendorong terjadinya deflasi. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengaku tidak masalah terjadi deflasi karena hal itu dalam koridor target menjaga inflasi tahunan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan sejumlah harga bahan makanan memicu terjadinya deflasi pada September 2019 sebesar 0,27 persen. "Deflasi terjadi karena penurunan harga bumbu-bumbuan serta daging ayam ras dan telur ayam ras," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/10).

BPS mencatat harga cabai merah mengalami penurunan cukup tajam dalam periode ini dengan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,19 persen. Selain itu, harga bawang merah juga mengalami penurunan dengan memberikan andil 0,07 persen disusul daging ayam ras 0,05 persen, cabai rawit 0,03 persen dan telur ayam ras 0,02 persen.

Dengan demikian, kelompok bahan makanan secara keseluruhan memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 1,97 persen. Untuk kelompok transportasi yakni tarif angkutan udara, lanjut dia, menyumbang deflasi 0,01 persen, karena permintaan menurun dan kebijakan penurunan harga tiket pada waktu tertentu.

Namun, kelompok pengeluaran lainnya masih menyumbang inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang 0,72 persen karena kenaikan harga emas perhiasan. Kelompok lainnya yang mengalami inflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,47 persen, kelompok kesehatan 0,32 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,28 persen.

Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar ikut memberikan andil inflasi 0,09 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,01 persen. Dengan pencapaian pada September 2019, maka inflasi tahun kalender Januari-September tercatat 2,2 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun 3,39 persen.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement