Rabu 02 Oct 2019 14:30 WIB

Peringkat Infrastruktur Meningkat, Tapi Masih Tertinggal

Indonesia masih perlu membangun infrastruktur baru karena belum cukup.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Menko Perekonomian Darmin Nasution bersiap mengikuti rapat terbatas tentang Percepatan peta jalan penerapan industri 4.0 di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menko Perekonomian Darmin Nasution bersiap mengikuti rapat terbatas tentang Percepatan peta jalan penerapan industri 4.0 di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (3/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko) menyebut peringkat Indonesia dalam pembangunan infrastruktur dunia ke-52 pada 2018. Capaian tersebut naik 30 peringkat dari posisi sebelumnya pada 2010. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pencapaian tersebut masih belum cukup signifkan. Bahkan, Indonesia sudah tertinggal dibandingkan negara lainnya. 

"Setelah terjadi kenaikan tingkat infrastruktur, tentu capaian tersebut sangat memengaruhi kinerja logistik. Tampak indeks logistik perform kita membaik cukup signifikan antara 2010-2018. Meski begitu tentu saja kita masih perlu membangun infrastruktur baru karena belum cukup," ujarnya saat acara Seminar Nasional Infrastruktur Menuju Indonesia Maju 2024 di Hotel Ayana, Jakarta, Rabu (2/9).

Darmin mengutip data yang diterbitkan World Bank, pada 2012 stok aset infrastruktur Indonesia hanya sebesar 38 persen dari PDB, jauh di bawah rata-rata global sebesar 70 persen PDB. Saat ini pemerintah berupaya untuk membuat transformasi ekonomi melalui percepatan pembangunan infrastruktur. 

"Kami mempercepat pembangunan Proyek Strategis Nasional meliputi (PSN) dan Proyek Prioritas," ucapnya.

Menurutnya pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, bandara, pelabuhan dan harus terus dibangun. Sebab, proyek dasar tersebut selalu berkaitan dengan logistik.

Setidaknya kata Darmin diperlukan keterlibatan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mempercepat pembangunannya. "Kita tidak punya data yang lengkap soal arus barang. Dulu mungkin ada waktu jembatan timbang ada, tapi karena dianggap persoalan lagi jembatan timbang tidak diaktifkan dan kita kehilangan data arus barang," ucapnya.

Guna membenahi permasalahan tersebut, Darmin mengungkapkan kuncinya adalah transformasi ekonomi dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah tersedia saat ini.

"Transformasi ekonomi merupakan modal wajib kita untuk lolos dari middle income trap," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement