REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan instrumen surat berharga berpendapatan tetap seperti ORI merupakan pilihan yang menarik di tengah tren penurunan suku bunga di global dan juga domestik. Meski begitu, pemerintah perlu meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap instrumen investasi yang masih sangat terbatas.
"Apalagi kupon yang ditawarkan cukup tinggi sebesar 6,8 persen, di atas suku bunga deposito yang sekarang di kisaran 6 persen, ditambah dengan kemudahan lain seperti bisa dicairkan lebih awal," ujar Piter, Rabu (2/10).
Piter menilai instrumen investasi seperti ORI dapat menjadi sumber pembiayaan bagi pemerintah yang relatif lebih berkelanjutan. Meski begitu, kata Piter, pemerintah memiliki pekerjaan rumah dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap instrumen investasi yang masih sangat terbatas.
"Memang harus bekerja sama dengan otoritas moneter agar likuiditas mencukupi untik diputar di pasar keuangan, termasuk pasar obligasi pemerintah," kata Piter.
Pemerintah menerbitkan surat utang untuk investor ritel, ORI016. ORI dapat dibeli secara online dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder dengan nilai mulai Rp 1 juta.
Peluncuran ORI 016 yang mengusung tema "Young & Restless" berlangsung semarak. Acara ini dikemas dalam bincang eksklusif dari tiga entrepreneur muda Indonesia, yaitu Pamitra Wineka (@Tanihub), Dinar Amanda (@Rollover.reaction), dan Fiona Anthonyserta (@Bakepackid). Ketiga narasumber tersebut menjelaskan proses yang mereka lakukan dalam membangun dan memperjuangkan bisnis rintisan yang menjadi investasi mereka untuk masa depan.
Presiden @TANIHUB Pamitra Wineka sebelumnya bekerja di Bank Dunia. Dia sempat ditugaskan melakukan riset terkait mikrofinance di sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Dari situ, dia melihat kendala yang dihadapi para petani yang kesulitan dalam mengembalikan dana pinjaman kepada BPR atau koperasi
"Mereka bukannya tidak mau balikin tapi karena nggak bisa jual hasil panen," ujar pria yang akrab disapa Eka.
Persoalan yang dihadapi petani, kata Eka, ialah sulitnya jalan menuju akses pasar. Eka pun memutuskan keluar dari Bank Dunia dan membuat platform Tani Hub yang menghubungkan para petani dengan pasar.
"Petani cuma butuh akses ke pasar. Dengan sendirinya mereka akan menanam lebih banyak. Pertanian salah satu penting buat kita, ketahanan pangan sangat menentukan kondisi bangsa," ucap Eka.
Sebagaimana perusahaan rintisan lain, Eka juga sempat terkendala akses modal ke perbankan. Untungnya, dia telah berinvestasi di ORI sejak seri 001 saat masih kuliah. Menurut dia, instrumen investasi seperti ini sangat membantu pembiayaan awal para pemuda yang hendak menciptakan bisnis sendiri.
"Saya investasi di ORI karena dalam investasi butuh diversifikasi, tidak hanya satu tempat. Investasi ORI dijamin negara dan aman itu. Kelebihannya, kita juga ikut membantu peningkatan SDM," kata Eka menambahkan.