Rabu 02 Oct 2019 18:42 WIB

Kisah Warga Sembunyi di Kandang Babi Saat Kisruh di Wamena

Warga pendatang mendapatkan pertolongan dari warga lokal di Wamena.

Rep: Wilda/ Red: Teguh Firmansyah
Ratusan penyintas kerusuhan Wamena mendarat di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Ratusan penyintas kerusuhan Wamena mendarat di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dampak psikis atas kerusuhan di Wamena beberapa hari lalu masih menyisakan rasa takut bagi masyarakat setempat. Tak terkecuali bagi warga yang kini telah tiba di Lanud Abd Saleh, Malang, Jawa Timur, Rabu (2/10).

Sugeng masih teringat bagaimana suasana mencekam di Wamena kala itu. Pekerja pabrik tahu ini tidak bisa fokus melaksanakan pekerjaan saat satu gerombolan mulai melakukan kekacauan di area sekitarnya. Ia meyakini gerombolan tersebut bukan warga kota yang selama ini ditemuinya.

Baca Juga

"Saat mereka mulai menyerang, saya langsung enggak karuan kerjanya dan kabur untuk menyelematkan diri," kata pria berusia 22 tahun tersebut kepada wartawan di Lanud Abd Saleh Malang, Rabu (2/10).

Sugeng mengaku diselamatkan oleh warga sekitar. Ia disembunyikan di kandang babi dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Setelah itu, mendapatkan pengamanan di Kodim dan Pangkalan TNI AU Wamena. 

Di dua lokasi tersebut, Sugeng mendapatkan penginapan selama beberapa hari. Hingga akhirnya dia dipindahkan ke Jayapura lalu mendapatkan informasi keberangkatan pesawat Hercules C-130 ke Jawa Timur (Jatim). Ia bersama rekannya pun memutuskan ikut serta dalam penerbangan tersebut.

Melihat kerusuhan tersebut, Sugeng mengaku, takut untuk hidup kembali ke Papua. "Saya pilih menetap di Probolinggo saja," kata pria yang telah menetap di Wamena selama dua tahun tersebut

Rasa takut tidak hanya dirasakan Sugeng, tapi warga asal Pasuruan, Ikhsan. Pria berusia 60 tahun tersebut sempat melihat bagaimana kios-kios terbakar. Bahkan, tak jarang dia menemui warga yang dibakar hidup-hidup oleh gerombolan tak bertanggungjawab.

"Sudah tidak ada apa-apa di sana, sudah dibakar semua," jelas pria yang telah menetap di Wamena selama empat tahun tersebut.

Sugeng sendiri mulai menyelamatkan diri ketika puncak kerusuhan terjadi pada Senin (23/9). Ia yang berprofesi sebagai tukang ojek kala itu tengah mengantar langganannya. Langganannya tersebut merupakan warga lokal yang berprofesi sebagai guru.

Di tengah perjalanan, Ikhsan menyaksikan gerombolan yang tengah melakukan pembakaran. Karena khawatir, pelanggan Ikhsan sempat meminta dirinya memutar balik arah tujuan. Berbagai saran diberikan sang pelanggan, hingga akhirnya ia bersembunyi di rumah camat.

photo
Warga Wamena yang akan mengungsi akibat ricuh.

Di kediaman camat, Ikhsan bersembunyi setidaknya selama empat jam bersama warga lokal. Karena merasa kurang nyaman, ia pun pamit diri untuk bergabung dengan warga Sumatera dan Medan. Kepada camat, dia juga meminta agar dia bisa diamankan para tentara yang tak jauh dari lokasi persembunyiannya.

Ikhsan mendapatkan pengamanan di Kodim selama beberapa hari. Lalu dipindahkan ke Jayapura hingga akhirnya memeroleh informasi keberangkatan pesawat Hercules ke Jawa Timur (Jatim). Di Pasuruan, ia kelak akan bertemu dengan istri dan empat anaknya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement