Kamis 03 Oct 2019 00:01 WIB

Karhutla 2019 Hanguskan 86 Ribu Hektare Lahan Gambut

Dari total lahan yang terbakar, 53 ribu hektare di antaranya adalah target restorasi.

Rep: Febryan A/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah anggota TNI Kodim 0301/Pekanbaru saat berusaha memadamkan api yang menjalar di lahan gambut di kawasan Riau Ujung, Pekanbaru, Riau, Jumat (20/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah anggota TNI Kodim 0301/Pekanbaru saat berusaha memadamkan api yang menjalar di lahan gambut di kawasan Riau Ujung, Pekanbaru, Riau, Jumat (20/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut (BRG) menyebut, luas lahan gambut yang terbakar tahun 2019 mecapaai 86 ribu hektare. Luas itu sekitar 26 persen dari total luas lahan terbakar yakni 328.724 hektare.

"Jadi tidak semua lahan yang terbakar tahun 2019 ini adalah lahan gambut," kata Kepala BRG, Nazir Foead kepada Republika.co.id di kantor BRG, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10).

Adapun total luas lahan terbakar yang mencapai 328.724 ribu hektare tersebut adalah data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) 2019, berdasarkan data terakhir BNPB per tanggal 30 September 2019, paling luas melanda Provini Riau, lalu Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Jambi.

Nazir menjelaskan, dari total 86 ribu lahan gambut yang terbakar, 53 ribu hektare di antaranya merupakan lahan target restorasi BRG. "Ini tentu area yang sangat luas. Karena lebih dari 50 persen dari lahan gambut terbakar adalah di area target restorasi kami," ujar Nazir.

Target restorasi BRG sendiri, sesuai dengan SK No. 12/KPTS/2018 Tentang Penetapan Peta Indikatif Restorasi Gambut, luasnya mencapai 2,67 hektare. Target restorasi ini terbagi dalam empat jenis status lahan, yakni area konsensi, area hutan lindung dan hutan produksi, lahan masyarakat atau area penggunaan lain, dan kawasan konservasi.

Nazir menjelaskan, untuk lahan bersatatus area konsensi atau area yang dikelola perusahaan, target restorasi BRG mencapai 1.784.354 hektare. Sedangkan yang terbakar tahun 2019 ini mencapai 20.153 hektare.

Sedangkan lahan gambut terbakar paling banyak adalah di lahan berstatus area hutan lindung dan hutan produksi. Dari target restorasi 678.541 hektare, sebanyak 27.205 ikut terbakar tahun ini.

"Saya curiga yang bakar itu (di area hutan lindung dan hutan produksi) adalah pemodal. Mereka pemodal yang tidak punya izin tapi membayar orang untuk membakar lahan gambut. Tentu tujuannya untuk kepentingan ekonomi," kata Nazir. Sedangkan yang melakukan pembakaranya, lanjut dia, bukanlah para petani lokal, melainkan pembakar prfeional yang disewa oleh para pemodal setiap musim kemarau tiba.

Sedangkan di lahan berstatus penggunaan masyarakat atau area penggunaan lain, luas lahan terbakar hanya 5.602 hektare dari target restorasi 678.541 hektare. "Masayarakat membakar memang hanya untuk keperluan pertanian atau perkebunan skala kecil," ucap Nazir.

Untuk area paling sedikit terbakar adalah di lahan gambut berstatu kawasan konservasi. Hanya 482 hektare lahan terbakar dari target restorasi 678.541 hektare. 

Nazir menerangkan, kebarakan lahan gambut di kawasan konservasi tidak terlalu luas karena pihaknya bisa membuat sekat di kanal (sungai kecil) di lahan gambut secara leluasa. Sebab, di kawasan konservasi tidak ada perkebunan masyarakat yang perlu dirisaukan terdampak banjir saat musim hujan saat kanal sudah diapasang. Sekat di kanal itu sendiri berfungsi menampung air hujan guna pembasahan lahan gambut saat musim kemarau.  

"Kalau di area lahan masyarakat, cara ini tidak bisa. Karena bisa membuat lahan pertanian masyarakat kebanjiran. Terkadang kanal-kanal di lahan gambut juga digunkan sebagai jalur sampan, sehingga tidak mungkin dibuat sekat," papar Nazir.

Meski demikain, ujar Nazir, pihaknya mulai tahun depan sudah bisa mengatasi permasalah tersebut. Sebab, BRG saat ini tengah merancang peta kesatuan hidrologis gambut (KHG) yang lebih canggih, sehingga jumlah sekat yang dibutuhkan bisa disesuaikan dengan curah hujan per tahun. "Banjir bisa dihindari, tapi pembasahan lahan juga tetap berjalan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement