REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah memperpanjang kerugiannya pada akhir perdagangan Rabu (2/10) atau Kamis (3/10) pagi WIB. Penurunan harga minyak terjadi seiring meningkatnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang memicu kekhawatiran kelebihan pasokan dan data ekonomi suram meredupkan prospek permintaan energi.
Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) mengatakan dalam sebuah laporan pada Rabu (2/10) bahwa persediaan minyak mentah AS naik selama pekan yang berakhir 27 September. Menurut Weekly Petroleum Status Report, persediaan minyak mentah komersial AS, tidak termasuk dalam Cadangan Minyak Strategis, meningkat 3,1 juta barel dari minggu sebelumnya, lebih tinggi dari ekspektasi para analis untuk peningkatan 1,6 juta barel.
Sementara itu, serangkaian data lemah yang baru dirilis di ekonomi terbesar dunia itu membebani prospek permintaan minyak.
Menurut Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP bulanan yang dirilis pada Rabu (3/10), data ketenagakerjaan sektor swasta AS turun menjadi 135 ribu pekerjaan pada September dari sebelumnya 157 ribu pekerjaan pada Agustus. Ekonom yang disurvei oleh Econoday memperkirakan kenaikan 152.000 pekerjaan.
Data ketenagakerjaan datang satu hari setelah angka-angka dari lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur Amerika Serikat turun menjadi 47,8 persen pada September. Angka tersebut merupakan level terendah sejak Juni 2009.
"Harga minyak mendapati hampir mustahil untuk keluar dari sikap defensif mereka karena data ekonomi Amerika Serikat yang lemah memicu kekhawatiran baru tentang permintaan," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research mengatakan dalam sebuah catatan.
Harga minyak mentah berjangka yang menjadi patokan AS, Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 0,98 dolar AS menjadi menetap pada 52,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu untuk patokan global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember turun 1,2 dolar AS menjadi ditutup pada 57,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.