REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggiatkan penanaman bawang putih lokal demi memenuhi target swasembada bawang putih pada 2021 nanti. Tak hanya meningkatkan produktivitas, Kementan juga terus berupaya meningkatkan kualitas bawang putih lokal sehingga bisa bersaing dengan bawang putih impor. Melalui Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Kementan saat ini mengembangkan Teknologi Inovatif Budidaya Bawang Putih.
"Tantangan utama bawang putih adalah soal daya saing. Artinya, harga dan kualitasnya harus mampu bersaing dengan bawang impor. Mau tidak mau kita harus menyediakan teknologi inovatif budidaya yang mampu meningkatkan daya saing bawang putih," ungkap Kepala Balitsa Catur Hermanto usai melakukan panen bersama bawang putih di lahan ujicoba, di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Rabu (2/10) lalu.
Dalam uji coba teknologi inovatif budidaya bawang putih tersebut, varietas yang ditanam adalah lumbu hijau dan tawangmangu baru. Dengan implementasi teknologi yang dikembangkan Balitsa tersebut, produksi bawang putih bisa mencapai 30 ton per hektare. Angka ini jauh melampaui rata-rata produktivitas bawang ptih lokal yang baru mencapai 8-10 ton per hektare.
Salah satu tantangan pengembangan bawang putih adalah peningkatan daya saing. Menyikapi hal tersebut, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) mengembangkan Teknologi Inovatif Budidaya Bawang Putih.
Kepala Balitsa Catur Hermanto usai melakukan panen bersama bawang putih di lahan ujicoba, di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Rabu (2/10).
Uji coba teknologi tersebut dilakukan Balitsa di Desa Rembul, Kec. Bojong, Kabupaten Tegal. Varietas yang ditanam adalah Lumbu Hijau dan Tawangmangu Baru. Hasilnya, panen demplot bawang putih dengan paket teknologi mampu mencapai 30 ton per hektare. Angka ini jauh melampaui rata-rata produktivitas bawang putih lokal yang baru mencapai 8-10 ton per hektare.
Substansi teknologi ini, ungkap Catur, adalah penerapan teknik budidaya dengan pemilihan varietas, pengaturan jarak tanam, penggunaan pupuk yang tepat dosis dan tepat guna. Selain itu, paket teknologi ini pun mencakup pemeliharaan tanaman yang intensif dan pengendalian hama terpadu. Dengan penerapan paket teknologi ini, diharapkan petani bisa menghasilkan bawang putih dengan produktivitas tinggi. Catur mengharapkan teknologi ini bisa secepatnya diperkenalkan kepada petani bawang putih lain di seluruh Indonesia.
"Kita sudah punya teknologi untuk mengkatrol produktivitas bawang putih kita. Jadi harus yakin, bawang putih lokal kita mampu berkompetisi dengan produk luar negeri," ucapnya optimistis.
Turut hadir dalam kegiatan panen, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tegal, Khofifah, menyambut gembira adanya teknologi inovatif ini. Harapannya adanya teknologi ini menjadi pemicu semangat bagi para petani.
"Daerah Bojong Tegal sejak dulu memang terkenal sebagai sentra bawang putih. Adanya teknologi ini membuat petani kami semakin antusias menanam kembali bawang putih," kata Khofifah didampingi Tasori, petani bawang putih setempat yang bermitra dengan Balitsa. "Betul-betul kami merasa senang dengan hasil panen dari lahan ujicoba ini. Hasilnya bagus sekali. Kami siap berbagi dengan petani lain dimanapun berada," kata Tasori mengamini.
Ditemui terpisah, Plt Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura, Sukarman mengaku sangat mengapresiasi teknologi inovatif yang dikembangkan Balitsa. Ia memastikan pihaknya akan mendukung sosialisasi teknologi dengan memperkenalkan kepada petani binaan Ditjen Hortikultura.
"Kami akan dukung dengan sosialisasi kepada petani penerima kawasan bawang putih yang didanai melalui APBN Direktorat Jenderal Hortikultura. Diseminasi teknologi budidaya seperti yang dihasilkan Balitsa sangat penting untuk memastikan bawang putih kita sanggup berkompetisi di pasaran nantinya," tegas Sukarman.