REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ahmad M Ramli mengatakan saat ini pihaknya mencoba untuk menerapkan sistem peringatan dini bencana melalui televisi. Peringatan dini yang disampaikan di televisi tidak melalui teks berjalan, namun benar-benar mengambil alih program televisi.
"Jadi nanti peringatan dini tidak hanya melalui pesan singkat ke masing-masing ponsel, tetapi juga televisi. Begitu ada bencana, langsung televisinya 'diambil alih' oleh peringatan dini bencana itu," ujar Ramli dalam seminar kebencanaan di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (3/10).
Peringatan dini via televisi, kata dia. sudah diterapkan di Jepang, katanya. Ramli juga menambahkan pihak Jepang berencana memberikan bantuan untuk pengembangan infrastruktur peringatan dini bencana. Ia menginginkan hibah tersebut berbentuk infrastruktur peringatan dini bencana, bukan dalam bentuk dana.
"Saya katakan jangan kasih uang tapi infrastruktur, yang akan terhubung dengan jaringan seluler dan televisi. Otomatis jika terjadi gempa akan terhenti acara di TV, sama seperti di pesawat saat ada pemberitahuan," katanya.
Meski demikian, hal itu akan efektif jika sudah terwujud siaran TV digital secara menyeluruh. Menurut dia, dengan saluran itu tentu akan jauh lebih hemat karena satu kanal bisa untuk 12 saluran TV.
"Kami sedang bergerak ke arah TV digital," kata dia.
Dia juga menjelaskan Kominfo berupaya untuk melakukan pemulihan jaringan seluler dengan cepat pascabencana.
"Setelah bencana, kami selalu hitung berapa banyak Base Transceiver Station atau disingkat BTS yag terdampak. Setiap hari la,o lakukan pembaharuan, apakah berfungsi atau tidak,” ujar dia.
Misalnya saja untuk kasus tsunami Selat Sunda, kata Ahmad, dalam jangka waktu dua hari pihaknya berhasil memulihkan jaringan telekomunikasi yang ada.