REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jika jumlah titik panas terus menurun. Dia mengatakan, hal tersebut menyusul hujan buatan maupun hujan alami yang turun di sebagian besar wilayah Kalimantan dan Sumatra.
"Sehingga banyak titik api padam dan kualitas udara juga sudah membaik," Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (3/10).
Dia mengungkapkan, pantauan titik panas melalui satelit Lapan pada pukul 16.00 WIB adalah Jambi enam titik, Sumatra Selatan 12 titik, Kalimantan Tengah 20 titik dan Kalimantan Selatan 12 titik. Sedangkan hot spot tidak terdeteksi di Riau dan Kalimantan Barat.
Sementara, pantauan kualitas udara Badan Meteroloo Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasar konsentrasi partikulat PM10 pada pukul 16.00 WIB adalah Pekanbaru 108 (sedang), Jambi 49 (baik), Sumsel 110 (tidak sehat), Pontianak 17 (baik), Palangkaraya 15 (baik), Pangkalanbun 6 (baik) dan Banjarmasin 62 (sedang).
Agus mengatakan, kondisi cuaca dan jarak pandang berdasar data BMKG pada pukul 16.00 WIB secara umum baik, berawan hingga hujan dengan jarak pandang lebih dari 5 km. Lanjut dia, wilayah yang terdeteksi asap tipis di Riau dan Palembang dengan jarak pandang 5 km.
Dia mengungkapkan, data akumulasi hujan selama 24 jam dari BMKG menunjukkan bahwa seluruh wilayah di Kalimantan terjadi hujan yang mengakibatkan sebagian besar titik api padam sehingga jumlah titik api menurun drastis. Sedang di Sumatera, lanjut dia, hujan terjadi di sebagian wilayah Riau, sebagian Jambi dan sebagian Sumsel sehingga titik api juga turun drastis jumlahnya.
Agus mengklaim jika kondisi wilayah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan juga sudah membaik seiring dengan sudah banyaknya air hujan buatan maupun alami yang turun. Menurutnya, inilah menjadi saat yang tepat bagi pemerintah dan masyarakat untuk membangun sekat kanal dan embung dalam rangka mengembalikan kodrat alami gambut yaitu basah, berair dan rawa.
"Selanjutnya masyarakat perlu menyesuaikan usahanya dengan kodrat alami gambut tersebut seperti menanam sagu, perikanan, peternakan atau usaha lain. Dengan cara ini diharapkan tahun depan kebakaran hutan dapat ditekan bahkan tidak terjadi lagi," katanya.