Jumat 04 Oct 2019 10:33 WIB

Iran Gagalkan Percobaan Pembunuhan Jenderal Garda Revolusi

Serangkaian serangan di Irak beberapa bulan terakhir dikaitkan dengan Israel.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan militer elite Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC).
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Pasukan militer elite Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengatakan telah menggagalkan rencana pembunuhan Israel-Arab Jenderal senior Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani, seorang kepala Pasukan Elite Quds. Menurut laporan media Iran, Kepala Organisasi Intelijen Garda Revolusi, Hossein Taeb mengatakan rencana pembunuhan tersebut telah dibuat selama beberapa tahun.

Taeb mengatakan, tiga orang yang tak disebutkan identitasnya telah ditangkap sehubungan dengan percobaan pembunuhan. "Kelompok yang berencana membunuh itu menyiapkan 350 dan 500 kilogram bahan peledak untuk digunakan melawan Soleimani selama bulan suci Muharam yang dimulai pada awal September, yang memungkinkan dilakukan di kota Kerman, Iran," ujar Taaeb seperti dikutip Haaretz, Jumat (4/10).

Baca Juga

Menurutnya, rencana pembunuhan itu diatur sedemikian rupa sehingga muncul sebagai bagian dari perebutan kekuasaan internal Iran untuk memicu perang agama di dalam negeri Iran. "Setelah gagal menargetkan pangkalan utama Garda Revolusi, layanan keamanan Arab-Ibrani kemudian memutuskan memajukan rencananya untuk mengenai Soleimani di dekat rumahnya di Iran tenggara," kata Taeb.

Dalam beberapa bulan terakhir, serangkaian serangan di Irak memang telah dikaitkan dengan Israel. Beberapa di antaranya terjadi di dekat perbatasan Suriah-Irak dan persilangan Albukamal-Qaim. Serangan itu menargetkan milisi Syiah yang didukung Iran dan afiliasinya ditugaskan untuk menyelundupkan senjata ke Suriah.

Pada September, tentara Israel mengatakan, pasukan Syiah yang dipimpin oleh Pasukan Quds berusaha menembakkan beberapa roket yang gagal menyeberang ke Israel. Ini terjadi hanya dua pekan setelah tentara Israel mengumumkan Soleimani berada di belakang rencana melakukan serangan pesawat nirawak ke Israel dari Suriah.

Taeb menyinggung pernyataan Agustus oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengatakan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah harus bersikap tenang. Netanyahu memperingatkan Israel tahu bagaimana mempertahankan diri dan bagaimana membalas kembali musuh-musuhnya.

"Hati-hati dengan kata-katamu dan lebih berhati-hatilah dengan tindakanmu," kata Netanyahu yang juga memperingatkan Soleimani.

Soleimani adalah salah satu tokoh militer paling populer dan berpengaruh di Iran. Dia terlibat dalam kegiatan militer Iran di banyak negara, termasuk Irak, Afghanistan, dan negara-negara Kaukasus. Dia dianggap sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei.

Menurut surat kabar Kuwait Al-Jarida, pada Januari lalu, Washington memberi Israel lampu hijau untuk membunuh Soleimani. Al-Jarida, yang dalam beberapa tahun terakhir telah memecah cerita eksklusif dari Israel, mengutip sebuah sumber di Yerusalem.

Kolomnya mengatakan bahwa terdapat perjanjian Amerika-Israel tentang Soleimani. Keduanya mengatakan, Soleimani adalah ancaman terhadap kepentingan kedua negara di kawasan itu.

Asumsi umum di dunia Arab mengatakan, perjanjian tersebut digunakan sebagai platform Israel untuk menyampaikan pesan ke negara-negara lain di Timur Tengah. Perjanjian antara Israel dan Amerika Serikat, menurut laporan itu, muncul tiga tahun setelah Washington menggagalkan upaya Israel untuk membunuh jenderal itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement